"Dampak bencana kekeringan perlu diwaspadai masyarakat di daerah dengan HTH ekstrem panjang karena tidak memiliki curah hujan lebih dari 61 hari," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang BMKG Rahmattulloh Adji dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan hasil pemantauan HTH Dasarian II September 2022 di NTT.
Ia menjelaskan HTH ekstrem panjang semakin meluas mencakup sejumlah daerah di NTT antara lain Kabupaten Sumba sekitar Melolo, Wanga, Kwangu, Kananggar, Tawui, Rambangaru, Praiwitu, dan Kamanggih, Kabupaten Sabu Raijua sekitar Stamet Tardamu Sabu dan Daieko, Kabupaten Rote Ndao sekitar Olafuliha'a, Feapopi, dan Busalangga.
Selain itu Kota Kupang sekitar Fatubena dan Manulai II, Kabupaten Kupang sekitar Baumata, Oenesu, dan Oemofa, Kabupaten Timor Tengah Selatan sekitar Panite, Boentuka, dan Oebelo, Kabupaten Timor Tengah Utara sekitar Oenenu, Mamsena, Insana, dan Sapa'an, Kabupaten Flores Timur sekitar Boru, serta Kabupaten Belu sekitar Fatubenao, Wedomu, dan Haekesak.
Baca juga: BPBD Manggarai Timur salurkan air bersih ke 4 desa alami kekeringan
Baca juga: BMKG: Waspadai hari tanpa hujan ekstrem di 9 daerah NTT
Adji mengatakan, kondisi HTH ekstrem panjang dapat mengakibatkan bencana kekeringan meteorologis sehingga masyarakat di wilayah-wilayah yang terdampak agar meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat, kata dia, harus menghemat penggunaan air bersih agar bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan selama musim kemarau berlangsung.
Adji menyarankan agar para petani agar menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air agar berpeluang memberikan hasil untuk dipanen di musim kemarau.
Selain itu potensi kebakaran hutan dan lahan juga meningkat di tengah kondisi kekeringan sehingga masyarakat perlu menghindari kegiatan yang dapat memicu titik api di area terbuka.
Kondisi kekeringan, kata dia akan membuat titik api bisa meluas dengan cepat apalagi ditambah dengan angin kencang yang bersifat kering, katanya.
Baca juga: BPBD Sabu ingatkan warga hati-hati api mudah membakar di musim kemarau
Adji mengatakan, kondisi HTH ekstrem panjang dapat mengakibatkan bencana kekeringan meteorologis sehingga masyarakat di wilayah-wilayah yang terdampak agar meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat, kata dia, harus menghemat penggunaan air bersih agar bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan selama musim kemarau berlangsung.
Adji menyarankan agar para petani agar menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air agar berpeluang memberikan hasil untuk dipanen di musim kemarau.
Selain itu potensi kebakaran hutan dan lahan juga meningkat di tengah kondisi kekeringan sehingga masyarakat perlu menghindari kegiatan yang dapat memicu titik api di area terbuka.
Kondisi kekeringan, kata dia akan membuat titik api bisa meluas dengan cepat apalagi ditambah dengan angin kencang yang bersifat kering, katanya.
Baca juga: BPBD Sabu ingatkan warga hati-hati api mudah membakar di musim kemarau
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022