Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Mohammad Adib Khumaidi, SpOT mengatakan Indonesia tidak perlu terburu-buru memutuskan status endemi COVID-19.Bahasa yang saya kira tepat disampaikan bahwa kita tidak perlu ikut terburu-buru seperti di Amerika
“Bahasa yang saya kira tepat disampaikan bahwa kita tidak perlu ikut terburu-buru seperti di Amerika. Tapi, kita harus melihat dan menilai dari kondisi kita,” kata Adib saat dijumpai wartawan di Gedung Kesekretariatan IDI Jakarta, Senin.
Ia menegaskan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memiliki wewenang untuk menyatakan pandemi COVID-19 telah berakhir. Ia pun mengingatkan bahwa setiap negara memiliki kemampuan dan kondisi yang berbeda-beda.
Menurut Adib, terdapat sejumlah indikator yang harus menjadi dasar bagi Indonesia untuk dipenuhi, seperti indikator tentang kasus yang aktif, hasil pemeriksaan yang positif, surveilans, termasuk yang paling penting yaitu capaian vaksin penguat (booster).
Baca juga: OP kesehatan sebut belum dilibatkan dalam penyusunan RUU Kesehatan
Baca juga: IDI operasi bibir sumbing gratis puluhan anak di OKU Selatan
“Vaksin booster khusus untuk semua masyarakat, ya, bukan untuk kelompok-kelompok tertentu saja, termasuk nanti target vaksin booster kedua. Ini menjadi indikator-indikator yang harus dijadikan dasar untuk kita menyatakan sebuah kebijakan, baik itu kebijakan berkaitan dengan masker, pemeriksaan PCR, tes antigen, itu kan kita harus dari dasar-dasar indikator yang tadi,” kata Adib.
Menanggapi laporan yang menyebut ketersediaan vaksin booster mulai langka di sejumlah daerah, Adib mengatakan pihaknya telah menyampaikan permasalahan ini kepada Kementerian Kesehatan dan akan segera ditindaklanjuti.
Ia mengatakan, pihaknya juga selalu berkoordinasi dengan Satgas Penanganan COVID-19 dan pemerintah dalam mengatasi permasalahan COVID-19.
“Pada saat respon masyarakat masih tinggi terhadap vaksinasi booster, tolong ketersediaan ini benar-benar bisa dijamin karena ada suatu ketersediaan (vaksin) yang perlu distribusi,” ujarnya.
Sebelumnya pada Selasa pekan lalu (20/9), Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menyatakan pemerintah tidak tergesa-gesa untuk menyatakan bahwa pandemi COVID-19 sudah berakhir di Indonesia. Ia mengingatkan agar masyarakat Indonesia harus berhati-hati dan tetap waspada.
Pada Rabu pekan lalu (14/9), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan jika akhir pandemi COVID-19 sudah ada di depan mata. Meski begitu, ia tetap mendesak masyarakat dunia untuk meningkatkan kewaspadaan menahan penyebaran virus.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga sebelumnya mengatakan dia yakin pandemi COVID-19 sudah berakhir meski mengakui bahwa AS masih memiliki masalah dengan virus SARS-CoV-2 yang terus bermutasi tersebut.
Baca juga: Satgas IDI rekomendasikan alur penatalaksanaan pasien cacar monyet
Baca juga: Satgas IDI: Indonesia menuju jalur yang tepat menuju endemi
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022