"Ada 341 tim pendamping keluarga dengan jumlah sebanyak 1.023 orang yang sudah dibentuk dan terus bergerak di lapangan membantu penanganan masalah stunting," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Kupang Djidja Kadiwanu dalam acara pertemuan bertema "Aksi 3 Rembuk Stunting" di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan, hal itu berkaitan dengan upaya percepatan penurunan prevalensi kasus kekerdilan pada anak di Kota Kupang.
Baca juga: Pemkot: 13 kelurahan di Kupang bebas kasus stunting
Kadiwanu menjelaskan, ratusan tim pendamping keluarga yang dibentuk tersebar di 51 kelurahan yang berperan mendampingi sebanyak 26.870 keluarga di Kota Kupang yang berisiko stunting.
Masing-masing tim, kata dia, terdiri atas tiga orang yaitu bidan, anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kader Keluarga Berencana (KB).
"Tim pendamping keluarga ini sudah dilatih dan sudah mulai melakukan kegiatan pendampingan di lapangan," katanya.
Baca juga: BKKBN NTT atasi stunting melalui upaya preventif keluarga
Kadiwanu menjelaskan tim tersebut juga berperan mendampingi para calon pengantin yang hendak menikah untuk mencegah munculnya stunting ketika mereka memiliki anak.
Menurut dia, kondisi prevalensi stunting di Kota Kupang tercatat mencapai sebesar 21,5 persen berdasarkan hasil penimbangan bayi balita pada Agustus 2022.
Pemerintah, kata dia, menargetkan prevalensi stunting turun hingga 10 persen pada 2023, sehingga upaya percepatan terus dikerjakan di lapangan, salah satunya melalui peran tim pendamping keluarga.
Baca juga: Pemkab Kupang fokus penanganan 7.207 balita stunting
Kadiwanu menambahkan, Pemerintah Kota Kupang juga telah meluncurkan buku peta jalan dan rencana aksi daerah percepatan penurunan prevalensi stunting tahun 2022-2023 sehingga upaya penanganan stunting dijalankan sesuai dengan rencana dan target yang ditetapkan.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022