Data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial dalam menangani lokasi terdampak bencana
Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan sistem digital Internet of Things (IoT) berbasis berbasis Geographic Information System (GIS) sebagai upaya mitigasi bencana di wilayah yang terdampak erupsi Gunung Semeru, di Jawa Timur.
Dosen Program Studi (Prodi) Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB Adipandang Yudono Ph.D di Kota Malang, Kamis mengatakan bahwa sistem tersebut diterapkan di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang yang terdampak erupsi Gunung Semeru.
"Data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial dalam menangani lokasi terdampak bencana," katanya.
Adipandang yang merupakan pelaku pengembangan sistem tersebut menjelaskan, pascaerupsi Gunung Semeru beberapa waktu lalu teknologi IoT dipergunakan untuk memasukkan sejumlah data, seperti jumlah pengungsi, logistik, sebaran penyintas, lokasi posko, obat-obatan dan makanan.
Menurutnya, untuk masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian, peternakan, serta sektor lain seperti sekolah yang rusak.
"Data ini bisa dijadikan sistem pendukung penentuan kawasan yang layak huni kembali, atau ditentukan garisnya sebagai kawasan lindung," kata Adipandang Yudono .
Sementara itu, pakar Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB) Prof Sukir Maryanto menambahkan, sistem IoT bisa bekerja dengan dua metode, melalui media manusia dan menggunakan sensor.
Pada saat menggunakan media manusia, lanjutnya, kerja IoT menggunakan tiga tahapan yakni memasukan atau inputing data yang kemudian akan dilakukan pengelolaan data tersebut. Dari Manajemen database akan diteruskan ke operasional dashboard.
Operasional dashboard tersebut akan berisi infografis berisi sebaran kegiatan, jumlah kegiatan serta grafiknya. Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan inputing data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat.
"Ke depan, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk kegiatan perencanaan pemulihan area terdampak erupsi semeru seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor atau karena dampak bencana," katanya.
Ketua Pelaksana Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Semeru, Dr Sujarwo menyatakan, IoT untuk mitigasi bencana tersebut memudahkan aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam proyek kemanusiaan Semeru.
"Kemudahan tersebut khususnya dalam mengidentifikasi kerusakan dan suplai informasi secara lebih baik, seperti jumlah bangunan yang rusak dan data-data wilayah terdampak," kata Sujarwo.
Selain pemanfaatan IoT untuk mitigasi bencana, dalam Proyek Kemanusiaan MBKM Semeru juga dilakukan School and Town Watching System dengan target sasaran adalah sekolah dan warga masyarakat.
Upaya mitigasi bencana di sekolah atau School Watching adalah suatu metode atau proses untuk mengidentifikasi elemen-elemen sekolah yang berisiko, menganalisis dampak risiko, serta menemukan solus dari permasalahan ketika terjadi bencana.
Sedangkan, dalam Town Watching penanggulangan bencana merupakan program bagi orang yang bermukim di suatu wilayah, yaitu warga, anak-anak, atau mahasiswa dengan cara berkeliling wilayah melihat dan memahami tempat-tempat berbahaya ketika terjadi bencana.
Town Watching bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana, mengidentifikasi kerentanan lingkungan dan sekitarnya dan mengidentifikasi kapasitas atau sumberdaya masyarakat yang dapat digunakan ketika terjadi bencana.
Selain itu, juga mengidentifikasi permasalahannya utama di lingkungan masyarakat serta menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Baca juga: UB berangkatkan puluhan mahasiswa ikuti Program MBKM II Semeru
Baca juga: Tinjau Gunung Semeru, Menteri ESDM: Alat pemantauan akan dimodernisasi
Baca juga: TNI tambah alat berat bantu BNPB sisir korban letusan Gunung Semeru
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022