Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi terkoreksi masih dibayangi kebijakan moneter agresif global.Untuk hari ini kami memperkirakan IHSG akan kembali melemah, didorong oleh kebijakan moneter yang masih akan agresif di global, rilis data inflasi yang masih terus mengalami kenaikan khususnya di Jerman, serta melemahnya nilai tukar rupiah
IHSG dibuka melemah 14,45 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.021,75. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,83 poin atau 0,28 persen ke posisi 1.006,21.
"Untuk hari ini kami memperkirakan IHSG akan kembali melemah, didorong oleh kebijakan moneter yang masih akan agresif di global, rilis data inflasi yang masih terus mengalami kenaikan khususnya di Jerman, serta melemahnya nilai tukar rupiah," tulis Tim Riset Panin Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Pada penutupan Kamis (29/9) kemarin, pasar saham AS melemah. Investor masih merespons negatif kebijakan moneter yang agresif, di mana hal ini akan berdampak terhadap potensi meningkatnya resesi.
Presiden The Fed untuk Cleveland Loretta Mester menyatakan bahwa suku bunga bersifat fleksibel dan diperkirakan masih akan mengalami kenaikan ke depannya dalam rangka menjaga inflasi.
Antisipasi perlambatan ekonomi dan resesi, CEO Meta Mark Zuckerberg berencana untuk melakukan pemangkasan tenaga kerja untuk pertama kalinya, mengindikasikan prospek ekonomi yang kurang positif ke depannya.
Sementara, pasar saham Eropa kemarin ditutup melemah. Secara umum, investor merespon negatif tren kenaikan inflasi dan suku bunga di Eropa, khususnya setelah harga energi kembali mengalami kenaikan, setelah sebelumnya Rusia mengumumkan adanya kerusakan tiga pipa gas.
Rilis data sentimen ekonomi juga turun ke 93,7 untuk periode September 2022 di mana itu adalah level terendah sejak November 2020. Stimulus yang diberikan oleh UK, tidak mampu mendorong pasar.
Sebelumnya Bank of England (BOE) mulai melakukan pembelian obligasi dan pemerintah membantu memberikan stimulus atau “mini-budget”.
BoE melakukan pembelian obligasi dengan maturity lebih dari 20 tahun, yang mencapai hingga 1,6 miliar dolar AS, di mana ini adalah hari kedua pembelian obligasi. Sementara itu pemerintah Inggris juga melakukan pemangkasan pajak, terbesar sejak 1972.
Di sisi lain, inflasi di Jerman meningkat 10 persen (yoy), tercatat di atas estimasi pasar.
Dari Asia, pagi ini sebagian besar bursa saham dibuka melemah. Investor saat ini masih akan mengantisipasi beberapa rilis data di China, khususnya mengenai rilis data manufaktur.
Rilis data tercatat positif di Asia di mana rilis industrial production di Jepang meningkat 2,7 persen (mom) dan tingkat pengangguran turun menjadi 2,5 persen.
Untuk komoditas, harga emas menguat 1,3 persen, minyak Brent melemah 0,93 persen. Harga minyak NYMEX 1,12 persen mengalami penurunan, disebabkan masih tingginya nilai dolar AS serta meningkatnya peningkatan suku bunga acuan yang memperlambat perekonomian global usai rilis inflasi di Jerman yang melebihi konsensus.
Di sisi lain, OPEC+ dikabarkan mendiskusikan rencana mengendalikan harga minyak dalam pertemuannya pekan depan. Salah seorang delegasi menyebut aksi tersebut bisa membantu menahan penurunan harga.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 413,14 poin atau 1,56 persen ke 26.008,91, indeks Hang Seng naik 1,37 poin atau 0,01 persen ke 17.167,24, dan indeks Straits Times meningkat 1,29 poin atau 0,04 persen ke 3.116,37.
Baca juga: Rupiah anjlok tertekan agresivitas moneter The Fed
Baca juga: LPS naikkan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah jadi 3,75 persen
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022