Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan lima aspek penting yang perlu diperhatikan dalam upaya mempercepat penurunan prevalensi kekerdilan atau stunting di Indonesia.Ada lima aspek penting dalam pengendalian stunting, aspek pertama adalah terkait dengan kesehatan dan gizi remaja putri
"Ada lima aspek penting dalam pengendalian stunting, aspek pertama adalah terkait dengan kesehatan dan gizi remaja putri," kata Tjandra Yoga Aditama ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu menambahkan bahwa aspek kedua adalah terkait dengan kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil.
"Remaja putri yang sehat dan gizinya terpenuhi diharapkan akan menjadi calon ibu yang sehat, sehingga ketika nanti menikah dan hamil, maka diharapkan akan melahirkan bayi yang juga sehat," katanya.
Aspek ketiga yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian stunting, kata dia, adalah aspek kesehatan dan gizi yang baik dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Baca juga: Kemenko PMK: Keluarga berperan strategis dalam pencegahan stunting
Baca juga: BKKBN: Adat dan pranikah kendala turunkan stunting di Bali
"Aspek ketiga ini contohnya adalah dengan pemberian imunisasi bagi anak serta upaya pencegahan dan pengendalian infeksi guna mendukung tumbuh kembang anak," katanya.
Aspek keempat, kata dia, terkait dengan ketahanan pangan dan juga keamanan pangan untuk jaminan ketersediaan gizi bagi remaja putri, ibu hamil dan anak-anak.
Sementara aspek kelima, kata dia, adalah terkait dengan komitmen politik dan juga implementasi guna mencapai target penurunan prevalensi stunting.
"Pada saat ini pemerintah terus berupaya menurunkan prevalensi stunting yang tertuang dalam Perpres 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting," katanya.
Prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen, sementara pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024 atau turun tiga persen per tahun.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan kualitas kesehatan keluarga merupakan hal yang sangat penting guna menciptakan generasi emas yang unggul dan berkualitas.
"Ini penting sekali, anak cucu harus menjadi generasi yang berkualitas, untuk mendukung itu perlu perilaku hidup bersih dan sehat serta pemenuhan gizi seimbang, termasuk protein hewani, serta menjaga lingkungan yang bersih," katanya.
Baca juga: BKKBN dan Kemenag kerja sama cegah stunting dengan program prekonsepsi
Baca juga: Kopmas ingatkan perbedaan data stunting tidak korbankan hak anak
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022