"Jika ada warga yang mengalami gejala demam, seperti panas tubuh tinggi lebih dari tiga hari dan timbul bintik-bintik di kulit segera datang ke puskesmas terdekat untuk tes darah dan mendapatkan pertolongan medis," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bangka Barat Achmad Nursyandi di Mentok, Rabu.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan, kata dia, ketersediaan alat diagnosa jumlahnya masih mencukupi di delapan puskesmas yang ada di daerah itu.
Menurut dia, pasien demam berdarah dengue (DBD) membutuhkan penanganan medis yang cepat dengan beberapa tindakan yang tepat untuk menjaga daya tahan tubuh pasien.
Baca juga: Pemerintah tingkatkan upaya pengendalian penularan dengue
"Sampai saat ini belum ada obat khusus DBD sehingga daya tahan tubuh harus terjaga dengan baik, cukup istirahat dan dipantau perkembangannya secara berkala," katanya.
Achmad mengatakan pada bulan Januari hingga Agustus 2022, di Kabupaten Bangka Barat ditemukan sebanyak 523 kasus DBD dan delapan pasien di antaranya meninggal dunia.
"Untuk bulan September data yang masuk baru dari Puskesmas Mentok ditemukan enam kasus dan Puskesmas Jebus 11 kasus. Sedangkan data dari enam puskesmas lainnya belum masuk," ujarnya.
Dari sebanyak 523 kasus tersebut, paling banyak berasal di wilayah kerja Puskesmas Mentok yaitu 170 kasus, disusul Puskesmas Tempilang (164), Jebus (63), Sekarbiru (36), Puput (31), Simpangteritip (24), Kelapa (24), dan Kundi 11 kasus.
Baca juga: Pemkot Tasikmalaya tes spesifik DBD gratis di puskesmas
Jika dilihat dari asal desa pasien DBD, dari sebanyak 66 desa dan kelurahan yang ada di Bangka Barat hanya sembilan desa yang tahun ini nol kasus, yaitu Desa Peradong, Airmenduyung, Limbung, Rukam, Kapit, Tebing, Tugang, Tuik, dan Pangkalberas.
"Sementara desa paling banyak pasien DBD tahun ini, yakni Desa Airlintang sebanyak 72 pasien dan Belolaut 41 pasien. Khusus Desa Airlintang sempat mengalami jumlah pasien sangat tinggi yaitu pada bulan Juni sebanyak 20 orang, Juli 25 orang bahkan dua di antaranya meninggal dunia, sedangkan pada Agustus ditemukan 15 pasien," katanya.
Menurut dia, gerakan pemberantasan sarang nyamuk dinilai paling efektif untuk memutus mata rantai penularan DBD. Untuk itu, masyarakat diharapkan ikut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan secara terus menerus dan selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Aksi pencegahan tidak hanya dilakukan di dalam dan luar rumah, namun juga tempat kerja, lingkungan sekolah, tempat ibadah, dan tempat umum.
Baca juga: Yogyakarta imbau warga gencarkan PSN jelang musim hujan antisipasi DBD
"Dinkes sebagai motor penggerak utama, dan BPBD siap membantu dan akan terus melakukan penyuluhan dan edukasi pencegahan DBD kepada masyarakat agar terbangun kesadaran komunal memutuskan mata rantai penularan penyakit mematikan itu," katanya.
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022