• Beranda
  • Berita
  • Kultur bekerja hingga diet salah bisa jadi pemicu penyakit jantung

Kultur bekerja hingga diet salah bisa jadi pemicu penyakit jantung

6 Oktober 2022 12:31 WIB
Kultur bekerja hingga diet salah bisa jadi pemicu penyakit jantung
Ilustrasi -Serangan jantung. ANTARA/Pexels.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Jantung Indonesia (PERKI) dr. Radityo Prakoso, SpJP(K) mengatakan terdapat berbagai faktor pemicu penyakit jantung bagi anak muda, beberapa di antaranya adalah kultur bekerja yang minim gerakan fisik hingga diet atau pola makan yang salah.

"Kita sekarang ini banyak bekerja dengan duduk berjam-jam, semua pekerjaan kita ada di meja. Inactivity ini menjadi salah satu faktornya. Maka dari itu, penting untuk kita melakukan aktivitas fisik," kata dr. Radityo saat ditemui di Kantor Berita ANTARA Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, ia mengatakan, tidak ada waktu untuk berolahraga menjadi salah satu dalih yang paling sering diutarakan oleh para pekerja ini. Menurut dr. Radityo, aktivitas fisik bisa diupayakan di tengah-tengah kesibukan, sesederhana melakukan perenggangan, berjalan kaki dari satu titik ke titik lain, dan sebagainya.

Baca juga: Dokter ajak masyarakat kenali gejala gangguan irama jantung

"'Tidak ada waktu' menjadi alasan yang paling sering kita dengar. Maka dari itu, kita harus mau memulai (aktivitas fisik) di tengah 'ketidakadaan waktu' itu," ujar dokter lulusan Universitas Indonesia tersebut.

Faktor lainnya yang disebutkan oleh dr. Radityo adalah pola makan (diet) yang tidak tepat atau seimbang. Tren sekaligus masalah saat ini adalah masyarakat lebih memilih makanan dan minuman yang cepat saji namun rasanya tetap nikmat.

"Sekarang, orang maunya makanan yang cepat tapi rasanya nendang. Nah, rasa nendang ini isinya adalah komponen garam, lemak, dan gula yang tinggi. Selain itu, karbohidrat sederhana, makanan olahan, dan daging olahan juga menjadi tren dibandingkan dengan makanan sehat," jelas dia.

Kombinasi jarang bergerak dan asupan makanan yang tidak seimbang ini membuat kalori bertumpuk dan tidak terpakai (over calorie).

Dokter yang pernah mengikuti kursus di Perhimpunan Angiografi dan Intervensi Kadiovaskular (SCAI) Las Vegas, Amerika Serikat tersebut menambahkan, manajemen stres juga menjadi penting untuk mencegah risiko penyakit jantung di usia muda. Selain itu, rokok juga menjadi pemicu yang tak kalah berbahaya bagi penyakit ini.

"Rokok sangat jahat, bukan hanya untuk orang yang menggunakan, namun juga untuk environment yang menghirupnya. Tren saat ini, anak muda juga memakai rokok yang tidak dibakar (elektrik). Tapi, actually, bahan yang ada di sana masih sangat banyak bahan beracun di dalamnya," papar dia.

Maka dari itu, kesadaran untuk menjaga jantung sejak dini menjadi penting, kata dr. Radityo. Ia mengatakan, pencegahan merupakan langkah pertama dan paling utama dari masalah dan penyakit jantung.

"Prevention itu datang dari diri sendiri. Semua risiko bisa di-prevent dengan gaya hidup yang sehat," ujar dia menambahkan.

Baca juga: Dokter: Kelola aktivitas harian bantu turunkan risiko penyakit jantung

Baca juga: Dokter jelaskan alasan serangan jantung bisa terjadi pada usia muda

Baca juga: Dokter: Olahraga aerobik cocok untuk cegah serangan jantung

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022