• Beranda
  • Berita
  • Psikolog: Konflik berlarut dengan pasangan bisa picu depresi

Psikolog: Konflik berlarut dengan pasangan bisa picu depresi

6 Oktober 2022 13:06 WIB
Psikolog: Konflik berlarut dengan pasangan bisa picu depresi
Tangkapan layar - Psikolog dari Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur Marina Nurrahmani dalam "Snack Time - Informasi Ringan Seputar Kesehatan by Puskesmas Kramat Jati" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (6/10/2022). ANTARA/Suci Nurhaliza.
Psikolog dari Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur Marina Nurrahmani mengatakan bahwa konflik berlarut dengan pasangan merupakan salah satu faktor yang bisa memicu gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, trauma, hingga depresi.

"Banyak kasus yang saya temui di ruangan konseling itu mulai dari kasus depresi, cemas, trauma, itu pemicunya adalah masalah atau konflik dengan pasangan," kata Marina dalam acara bincang-bincang mengenai kesehatan mental yang digelar daring diikuti di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Psikolog: Orang dengan masalah kesehatan mental butuh dukungan

Ia mengemukakan bahwa ada tiga jenis konflik yang sangat mungkin dihadapi oleh pasangan, yakni konflik yang bisa diselesaikan, konflik berulang, dan konflik yang tidak kunjung menemukan jalan keluar.

"Konflik yang bisa diselesaikan ini misalnya dari masalah sehari-hari. Sedangkan konflik berulang ini bisa jadi masalah sehari-hari tetapi berulang terus, tidak terselesaikan. Sementara konflik yang ketiga adalah konflik yang sudah mentok, biasanya karena konflik yang berulang tadi diatasi dengan cara yang salah, jadi mentok enggak ketemu solusinya," tutur Marina.

Ia mengatakan bahwa selain masalah sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga dan perbedaan gaya hidup juga bisa memicu terjadinya konflik pada pasangan.

Baca juga: Kemenkes upayakan layanan kesehatan jiwa di seluruh Puskesmas

Menurut Marina, konflik merupakan hal yang tidak bisa dicegah oleh pasangan. Sehingga agar tidak terjadi gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, trauma, dan depresi akibat konflik dengan pasangan, dia menyarankan bahwa suami dan istri harus sama-sama belajar mengelola konflik dengan baik melalui komunikasi yang sehat.

"Konflik itu kalau sepenuhnya dicegah kayaknya enggak bisa, karena bagaimanapun juga ini adalah dua pribadi yang berbeda, diasuh dengan cara berbeda, lifestyle pun berbeda. Kita sendiri saja kadang suka mengalami konflik batin. Apalagi ini ketika berhubungan dengan orang lain. Jadi memang enggak bisa dicegah sepenuhnya, tapi bisa dikelola," katanya.

Ia melanjutkan, jika konflik dirasa sangat sulit ditangani oleh kedua pihak, maka tidak ada salahnya untuk meminta bantuan dari orang-orang yang paling dipercaya.

Baca juga: Kemenkes: Dokter umum bisa beri layanan dasar kesehatan jiwa

"Boleh cerita dulu ke orang yang dipercaya, entah teman atau orang tua, yang memang bijaksana. Pilih-pilih, enggak boleh sembarangan. Kemudian kalau dari lingkungan sekitar sudah tidak ada (yang bisa dimintai bantuan), boleh datang ke profesional. Bisa dimanfaatkan BPJS-nya," kata Marina.

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022