Pandangan tersebut merupakan penentangan terhadap deklarasi Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Zaphorizhizhia sekarang menjadi bagian dari Rusia.
Putin pada Rabu (5/10) mengeluarkan perintah agar pihak berwenang mengambil alih kendali PLTN Zaporizhizhia, yang direbut oleh pasukan Rusia pada Maret.
Namun pada hari yang sama, kepala perusahaan energi nuklir negara Ukraina itu menyatakan bahwa dialah yang merupakan pengendali PLTN tersebut.
"Masalah ini menyangkut hukum internasional," kata Kepala IAEA Rafael Grossi dalam konferensi pers ketika melakukan kunjungan ke Kiev untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
"Kami ingin perang segera berhenti, dan tentu sikap IAEA adalah bahwa fasilitas ini merupakan fasilitas Ukraina."
Rusia menduduki PLTN Zaporizhizhia (ZNPP), yang terbesar di Eropa, tak lama sejak memulai invasi ke Ukraina. Namun demikian, pembangkit itu masih dioperasikan oleh staf Ukraina.
ZNPP berlokasi di salah satu kawasan Ukraina selatan, yang oleh Putin sudah secara resmi digabungkan ke Rusia setelah Moskow menggelar referendum di sana.
Langkah Moskow itu dikecam oleh pemerintah Ukraina dan negara-negara Barat sebagai penyerobotan wilayah.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Rusia tanda tangani dekret untuk ambil alih PLTN Zaporizhzhia
Baca juga: Cegah bencana nuklir, PLTN Zaporizhzhia di Ukraina berhenti total
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022