• Beranda
  • Berita
  • Akademisi: Cegah stunting sejak remaja dengan konsumsi makanan bergizi

Akademisi: Cegah stunting sejak remaja dengan konsumsi makanan bergizi

10 Oktober 2022 20:48 WIB
Akademisi: Cegah stunting sejak remaja dengan konsumsi makanan bergizi
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Dr. dr. SA. Nugraheni dalam webinar Sosialisasi Deteksi, Pencegahan dan Penatalaksanaan Stunting bersama BKKBN (ANTARA/Fitra Ashari)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Dr. dr. SA. Nugraheni mengatakan stunting dapat dicegah sejak remaja dengan mengonsumsi makanan bergizi dan beragam.
 
"Mulai dari SD sebenarnya kita sudah mengenalkan bagaimana untuk memilih makanan yang baik, karena mereka harus memilih makanan yang beragam," ucapnya dalam webinar Sosialisasi Deteksi, Pencegahan dan Penatalaksanaan Stunting yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
 
Usia remaja menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) adalah usia 10-24 tahun yang belum menikah dan usia Sekolah Dasar (SD) yang dimaksud adalah usia 10-14 tahun.

Baca juga: FKUI lakukan penelitian bersama tentang gizi remaja Indonesia
 
Ia menjelaskan makanan yang beragam adalah konsumsi makanan harian yang terdiri atas karbohidrat seperti nasi atau sumber karbohidrat lainnya, protein baik hewani maupun nabati, lemak dan vitamin, dan mineral dari sayur serta buah.
 
"Yang paling bagus adalah ikan, karena selain mengandung protein hewani yang bagus, juga mengandung vitamin, mineralnya juga mengandung lemak yang tidak jenuh, tidak berbahaya untuk tubuh," urainya.
 
Dosen yang mengambil magister ilmu gizi itu mengatakan remaja harus mulai mengurangi makanan yang mengandung pemanis, pewarna, perasa, dan pengawet buatan.
 
Ia mengatakan laki-laki maupun perempuan harus menjaga kesehatan dan kecukupan gizinya agar terjaga juga kesehatan reproduksinya. "Asupan gizi mereka harus cukup dan sehat tentunya, juga dengan kesehatan reproduksi yang baik," ucap Nugraheni.
 
Untuk melihat kecukupan gizi pada remaja ada dua cara pengukuran yang bisa dilakukan, yaitu dengan pita Lila (Lingkar Lengan Atas) dan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT).
 
"Menggunakan pita Lila untuk melihat tulangnya apakah kurang energi kronis, kalau seandainya pengukurannya kurang dari 23,5 itu masuk pada kurang energi kronis," ucapnya.

Baca juga: Menteri Kesehatan tekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi remaja

Baca juga: Remaja putri anemia berisiko lahirkan anak "stunting"
 
Jika mengukur menggunakan IMT, lanjutnya, harus dilihat dalam skala 18,5 sampai 25, untuk menentukan status masa tubuhnya kurus atau obesitas.
 
"IMT itu normalnya adalah 18,5 sampai 25, kalau kurang dari 18,5 bisa dikatakan kurus dan kurus sekali, kalau lebih dari 25 kecenderungannya bisa obesitas atau kegemukan," ucapnya.
 
Dengan terjaganya kesehatan remaja, diharapkan organ reproduksinya juga menjadi sehat, sehingga nantinya bisa memiliki keturunan yang jauh dari stunting.
 
"Nanti di dalam perjalanannya, laki-laki dan perempuan harus sama-sama menjaga kesehatan supaya kesehatan reproduksi tetap baik. Jadi, sejak SD sudah harus dipersiapkan," ucapnya.

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022