"Suksesnya PON XXI/2024 akan dicatat dalam sejarah olahraga Indonesia sebagai PON pertama yang diselenggarakan di dua provinsi sekaligus," ujar Marciano dalam keterangan tertulis seperti disiarkan laman resmi KONI, Jumat.
KONI Pusat selaku penyelenggara PON berambisi meningkatkan kualitas perhelatan olahraga akbar tersebut dari waktu ke waktu.
Baca juga: KONI Pusat pastikan PON 2024 terselenggara dengan peralatan berstandar
PON XX/2021 di Papua telah mencatatkan sejarah sebagai PON pertama di masa sulit pandemi COVID-19, sehingga PON XXI/2024 di Aceh – Sumut diharap lebih sukses lagi.
Untuk mewujudkan hal itu, KONI Pusat menggelar kegiatan "Penyusunan Standar Venue Pertandingan Cabang Olahraga PON XXI/2024 Aceh–Sumatera Utara," yang digelar 14-15 Oktober 2022 di Jakarta.
Dalam kegiatan tersebut, Jumat, Ketum KONI Pusat mengajak para peserta yang merupakan Technical Delegate (TD) cabang olahraga yang dipertandingkan pada PON 2024 duduk bersama untuk mengevaluasi pelaksanaan PON sebelumnya di Papua.
TD memiliki peranan yang penting dalam penyelenggaraan pertandingan. Oleh karena itu, menurut Marciano kualitas TD akan menentukan suksesnya pertandingan cabang olahraga.
Baca juga: KONI pastikan PON 2024 sesuai rencana meski digelar di tahun politik
Ketum KONI Pusat juga berpesan agar TD yang diutus cabang olahraga tidak berganti-ganti dan aktif memberikan masukan kepada KONI Pusat dan Panitia Besar (PB.PON) XXI/2024 untuk menjadi lebih baik.
Dia berharap PON dapat berstandar internasional seperti pada ajang yang biasa diikuti TD.
"Atlet Indonesia yang mengikuti multi maupun single event internasional harus juara PON terlebih dahulu, karena PON momentum menguji sejauh mana hasil pembinaan yang dilakukan induk cabor dan pengurus provinsi hingga tingkat kabupaten/kota," kata Marciano.
Ketum KONI Pusat memberikan arahan agar kegiatan tersebut dapat menghasilkan satu hasil yang berdampak pada prestasi olahraga Indonesia melalui kualitas arena pertandingan, peralatan dan perlengkapan.
“Titik berat acara ini adalah bagaimana standarisasi venue yang digunakan. Tragedi Kanjuruhan lalu disayangkan oleh Ketum KONI Pusat dan menjadi satu motivasi bagi anak bangsa untuk berbenah memperbaiki standarisasi," ujar Marciano.
"Kita jadikan tragedi Kanjuruhan momentum untuk memperbaiki standarisasi venue, jadi bisa digunakan lebih layak, dan tidak terjadi lagi di kasus di Mimika pada PON XX/2021 Papua, karena panjat tebing belum tersertifikasi maka atlet panjat tebing yang harusnya memecahkan rekor dunia, tidak diakui federasi internasionalnya," imbuhnya.
Marciano juga menyampaikan terima kasih kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora RI) yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut.
Baca juga: Seluruh stadion yang diaudit akan direnovasi sesuai standar FIFA
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2022