• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak Asia naik tipis, saat dolar melemah & kekhawatiran resesi

Harga minyak Asia naik tipis, saat dolar melemah & kekhawatiran resesi

18 Oktober 2022 09:25 WIB
Harga minyak Asia naik tipis, saat dolar melemah & kekhawatiran resesi
Ilustrasi: Kapal tanker bersandar pengilangan minyak, Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat. (ANTARA/REUTERS/Lucas Jackson/aa.)
Harga minyak turun tipis di awal perdagangan Asia pada Selasa, karena dolar AS yang lebih lemah memberikan dukungan, meskipun meningkatnya produksi serpih dan kekhawatiran bahwa inflasi yang sangat tinggi dapat membawa ekonomi dunia ke dalam resesi membatasi keuntungan.

Harga minyak mentah berjangka Brent terdongkrak 9 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 91,71 dolar AS per barel pada pukul 01.20 GMT. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 6 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 85,52 dolar AS per barel.

Dolar jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya setelah menteri keuangan baru Inggris Jeremy Hunt memangkas banyak dari apa yang disebut "anggaran mini" pemerintah, mengangkat selera risiko.

Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya turun 0,82 persen menjadi 112,11. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah untuk pembeli non-AS.

Baca juga: Dolar merosot, kebijakan anggaran Inggris angkat sentimen pasar

Meningkatnya produksi minyak serpih telah membantu meredakan krisis pasokan minyak dan membatasi kenaikan harga.

Produksi minyak di Permian Basin Texas dan New Mexico, cekungan minyak serpih terbesar AS, diperkirakan akan meningkat sekitar 50.000 barel per hari (bph) ke rekor 5,453 juta barel per hari bulan ini, kata Badan Informasi Energi AS.

Ekspektasi bahwa China akan mempertahankan kebijakan moneter longgar untuk membantu ekonominya yang tertatih-tatih oleh pembatasan COVID-19 juga memberikan dukungan pada harga minyak. Bank sentral negara itu memperpanjang pinjaman kebijakan jangka menengah yang jatuh tempo pada Senin (17/10/2022) sambil mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah untuk bulan kedua.

Sementara itu negara-negara anggota OPEC+ telah mengantre untuk mendukung pemotongan tajam terhadap target produksi yang disepakati bulan ini setelah Gedung Putih menuduh Riyadh memaksa beberapa negara lain untuk mendukung langkah tersebut.

Baca juga: Harga minyak turun, kekhawatiran resesi diimbangi sinyal positif china

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022