Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengemukakan keberhasilan suatu negara meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM) tergantung pada peran keluarga.
“Besarnya jumlah keluarga tersebut menjadi keunggulan negara kita apabila dapat ditangani dengan baik, namun akan menjadi bencana apabila ketahanan dan kesejahteraan keluarga tidak mendapat perhatian yang baik dari pemerintah, masyarakat maupun keluarga itu sendiri,” kata Asisten Deputi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kemenko PMK Nia Reviani dalam Sosialisasi Indeks Pembangunan Keluarga di Jakarta, Selasa.
Dalam kata sambutannya mewakili Menko PMK Muhadjir Effendy, ia menuturkan peningkatan kualitas SDM, khususnya dalam menyiapkan SDM unggul dan berdaya saing, harus diimbangi dengan dibangun pribadi Pancasila yang sesuai siklus hidup dan tidak terlepas dari peran keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama. Saat ini jumlah keluarga di Indonesia berdasarkan pendataan IBangga tahun 2021 sebanyak 68,4 juta keluarga, dari 275,773 juta jiwa penduduk di Indonesia.
Nia mengatakan peran keluarga besar karena dapat memastikan setiap anak bangsa menjadi bonus demografi yang dapat membangun kemajuan Indonesia. Setiap anak dapat berkontribusi untuk mengantisipasi terjadinya perburukan akibat proporsi penduduk yang mulai bergeser dari dominasi usia produktif menjadi lansia.
Dalam IBangga, terdapat lima indikator terkait dengan indeks pembangunan manusia yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, keberlangsungan pendidikan, kesehatan keluarga, akses informasi dan jaminan keuangan. Semuanya harus diperhatikan sebelum keluarga itu terbangun.
“Indikator tersebut dapat menjadi tolok ukur untuk melihat kondisi keluarga Indonesia dan mencegah kemiskinan karena data yang tersedia adalah data-data riil dari lapangan, sehingga pemerintah dapat melakukan intervensi yang cepat dan terukur,” katanya.
Baca juga: Kemenko PMK: Penguatan pendidikan vokasi untuk wujudkan SDM unggul
Ia memastikan pemerintah memiliki berbagai program untuk meningkatkan kualitas SDM yang dimulai dari keluarga, sesuai siklus hidup manusia. Penyiapan SDM unggul dimulai dari masa remaja agar remaja Indonesia sehat yang dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan dan pemberian pil tambah darah bagi remaja putri yang menderita anemia.
Remaja putri tersebut harus dipastikan menjadi calon ibu yang sehat lahir batin, jasmani dan rohani. Untuk menghadapi stunting sejak 1.000 hari pertama kehidupan, pemerintah mulai memantau asupan gizi pada bayi agar lahir sehat.
Ketika memasuki periode anak-anak penanaman nilai-nilai karakter dibiasakan sedari kecil di sekolah. Pada masa sekolah, selain belajar remaja dibekali keterampilan dan kesiapan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi guna mendapatkan kompetensi dan keterampilan baru, supaya memiliki kesiapan memasuki dunia kerja dan dunia industri.
Nia menekankan kunci dari keberhasilan membangun generasi yang unggul di masa depan adalah koordinasi dan sinergitas.
Dia berharap, semua jajaran pemerintah dapat meningkatkan kedua sikap itu dalam jangkauan yang lebih luas.
“Sebagai negara yang memiliki kelompok usia produktif yang besar, yaitu 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia, sumber daya manusia Indonesia diharapkan memiliki keterampilan dan mampu mengembangkan potensi dirinya, memiliki pekerjaan yang penghasilannya bisa ditabung,” katanya.
Baca juga: Kemenko: Pramuka berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM
Baca juga: Kemenko PMK ajak masyarakat berpartisipasi kampanyekan kesehatan jiwa
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022