• Beranda
  • Berita
  • RSCM masih dalami sampel obat yang diduga penyebab gagal ginjal akut

RSCM masih dalami sampel obat yang diduga penyebab gagal ginjal akut

20 Oktober 2022 23:19 WIB
RSCM masih dalami sampel obat yang diduga penyebab gagal ginjal akut
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Lies Dina Liastuti (ketiga dari kiri) dan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi (kedua dari kanan) saat konferensi pers di RSCM, Jakarta, Kamis (20/10/2022). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

kami coba cari apa nama obat yang dipakai sebelumnya itu sudah kami dapatkan data, tapi belum semua

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta masih mendalami sejumlah sampel obat sirop yang diduga sebagai penyebab penyakit gagal ginjal akut progresif atipikal melalui pemeriksaan laboratorium.

“Di awal (kemunculan kasus) kami tidak memikirkan ke arah obat (penyebab). Jadi yang kami baru teliti tentang obat ini baru di 11 pasien terakhir yang sekarang ada (dirawat), mungkin lebih. Maksudnya yang diperiksa untuk toksikologinya,” kata Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti saat konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Dia mencatat sebanyak total 49 anak yang menderita gagal ginjal akut progresif atipikal yang dirawat di RSCM, terhitung dari Januari 2022.

Dari seluruh pasien tersebut, Lies mengatakan belum semua sampel obat berhasil dikumpulkan terutama dari pasien lama atau pasien yang telah meninggal dunia.

“Semua kasus itu, yang kami coba cari apa nama obat yang dipakai sebelumnya itu sudah kami dapatkan data, tapi belum semua. Karena kalau yang sudah meninggal, kami agak susah apalagi yang kasus lama,” ujarnya.

Lies mengatakan sampel obat yang pernah dikonsumsi pasien diteliti di laboratorium yang telah bekerja sama dengan RSCM. Menurut dia, hingga saat ini belum semua hasil pemeriksaan keluar.

Baca juga: RSCM catat angka kematian gangguan ginjal akut sebesar 63 persen

Baca juga: RSCM sebut penyakit DBD miliki spektrum perjalanan yang unik


“Kami lagi menunggu karena hasil yang ke kami itu baru enam (sampel obat dari enam pasien), baru keluar hasilnya dari yang semua kami kirim. Semua sampel sudah kami kirim, tinggal hasilnya. Tapi dari hasil enam itu, ada yang sudah kelihatan bahwa kita membutuhkan antidot-nya,” katanya.

Lies menegaskan, pihaknya masih belum mengetahui penyebab pasti gagal ginjal akut progresif atipikal. Akan tetapi, imbuhnya, terdapat kemungkinan intoksikasi zat berbahaya seperti ethylene glycol (EG) yang masuk melalui mulut.

“Minimal dari sisi obat kami coba untuk menyingkirkan dulu, dicari dulu (penyebabnya). Mudah-mudahan tidak. Tapi kalau misalnya sekarang sudah ada dalam darah seorang anak ada ethylene glycol-nya, kami cari antidot-nya dulu,” katanya.

Dia juga menegaskan bahwa upaya penyelidikan penyebab penyakit merupakan upaya kolaborasi berbagai pihak termasuk bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), hingga industri farmasi.

“Jadi kami jalan bareng semuanya. Bukan cuma rumah sakit yang berupaya, tapi Kemenkes, BPOM, industri farmasi, semua sedang bergerak untuk menemukan sesuatu yang solutif ke depan,” tegasnya.

Baca juga: RSCM: Potensi kasus DBD perlu diperhatikan sejak musim panas

Sebelumnya pada Kamis pagi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melalui siaran pers menyebutkan terdapat tiga zat kimia berbahaya yang ditemukan pada obat sirop yang dikonsumsi oleh pasien anak yang menderita gagal ginjal akut, yaitu ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Budi juga mengatakan bahwa Kemenkes mengambil posisi konservatif dengan sementara melarang penggunaan obat-obatan sirop sebagai upaya melindungi masyarakat dari risiko gagal ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya.

Hal tersebut juga ditekankan kembali oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi usai konferensi pers di RSCM. Nadia mengatakan bahwa ketiga zat tersebut bisa muncul saat polyethylene glycol yang digunakan untuk mengencerkan obat sirop bereaksi secara kimia. Hal tersebut, imbuh Nadia, sedang diteliti lebih lanjut.

“Kemenkes, seperti yang disampaikan oleh pak Menteri, kami mengambil langkah konservatif. Kita tahu ada zat yang ditemukan, tapi belum bisa memastikan apakah zat itu penyebab. Kita tahu pengalaman RSCM belajar dari Gambia. Jadi dengan itu, seperti yang pak Menteri sampaikan, kita konservatif, kita antisipatif. Jadi kita tunda dulu penggunaan obat cair,” katanya.

Baca juga: RSCM: Pola makan pasien gagal ginjal akut di bawah kendali orang tua

Baca juga: RSCM luncurkan aplikasi SmartRSCM guna mudahkan layanan kesehatan

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022