"Masyarakat harus terus waspada, karena dari bulan Oktober 2022 hingga Januari 2023 BMKG memprediksi akan terjadi cuaca ekstrem bersamaan dengan hidrometeorologi membuat besar kemungkinan intensitas hujan sangat tinggi," kata Khofifah usai meninjau titik longsor di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu.
Dengan kondisi cuaca ekstrem ini, lanjut dia, kesiapsiagaan harus ditingkatkan. Lingkungan yang rawan longsor harus dipetakan dan diantisipasi. Mitigasi dilakukan, skenario evakuasi juga harus dipersiapkan.
Baca juga: Pemprov Jatim hibahkan lahan untuk relokasi korban longsor Trenggalek
Hunian warga yang berada di lokasi rentan bencana harus jadi perhatian. "Yang kemungkinan terdampak longsor dan tanah retak memang harus kita carikan solusi secara lebih konkret," katanya.
Menurut dia, contoh solusi konkret itu, yakni penyediaan tempat relokasi untuk warga yang tinggal di lokasi rawan.
"Hal itu misalnya dilakukan untuk warga RT 21 Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek," katanya.
Baca juga: Pemkab Trenggalek bangun sabuk air minimalkan risiko longsor Sumurup
Pemprov Jatim menyediakan lahan miliknya untuk dijadikan tempat relokasi bagi sekitar 57 keluarga yang tinggal di lokasi rawan. Sebanyak 51 rumah di permukiman itu kini telah kosong.
Selama sepekan sebelumnya, bencana banjir, tanah longsor, dan tanah gerak melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Trenggalek.
Banjir bandang menerjang sedikitnya 30 desa/kelurahan di lima kecamatan, sedangkan tanah longsor terjadi sporadis di 23 desa di delapan kecamatan.
Baca juga: Bencana longsor terjadi sporadis di Trenggalek
Serangkaian bencana banjir, tanah longsor, dan tanah gerak itu menyebabkan ribuan warga harus mengungsi/diungsikan ke tempat aman.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022