Dokter spesialis bedah orthopaedi dan traumatologi Mohammad Triadi Wijaya Sp.OT(K) menekankan pentingnya mengendalikan faktor risiko guna mencegah terjadinya osteoporosis.
"Semakin tinggi kemungkinan seorang individu mengalami osteoporosis jika punya faktor risiko, sehingga penting untuk mengendalikan faktor risiko tersebut," kata dr Mohammad Triadi Wijaya Sp.OT(K) pada acara Webinar HUT RSCM yang diakses secara daring dari Jakarta, Senin.
Dokter yang praktik di Departemen Orthopaedi dan Traumatologi RSCM itu menjelaskan ada dua faktor risiko osteoporosis, yaitu yang bisa diubah dan tidak bisa diubah.
Baca juga: Dokter: Nutrisi dan aktivitas fisik kunci utama cegah osteoporosis
Ia mengatakan yang tidak bisa diubah misalkan pasien mengalami menopause dini, mengalami patah tulang di atas usia 50 tahun, kondisi medis yang bisa menyebabkan osteoporosis, hingga riwayat keluarga.
Sementara itu, faktor risiko yang bisa diubah, antara lain berat badan kurang atau tubuh yang terlalu kurus, jarang bergerak, merokok dan punya kebiasaan minum alkohol secara berlebihan.
"Kalau seseorang sudah punya faktor risiko, perlu pencegahan sejak dini. Pertama dengan cara menghindari faktor risiko yang masih bisa diubah. Stop merokok dan stop minum alkohol serta menjaga berat badan agar tidak terlalu kurus," katanya.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar kasus osteoporosis tidak memiliki gejala awal. "Gejala osteoporosis pada tahap awal tidak ada, jadi seperti penyakit yang tidak bergejala, sampai akhirnya ke tahap akhir, yaitu patah tulang," katanya.
Penderita osteoporosis yang pernah mengalami patah tulang, kata dia, berisiko mengalami patah tulang kembali hingga dua kali lipat.
"Karena itu harus cepat ditangani sebelum terjadi patah tulang, lakukan upaya awal dengan mendeteksi faktor risiko, kalau sudah memiliki beberapa faktor risiko, bisa melakukan skrining awal ke fasilitas kesehatan terdekat," katanya.
Baca juga: Pentingnya 1000 HPK untuk cegah osteoporosis sejak dini
Baca juga: Dokter: Malas gerak bisa sebabkan osteoporosis
Dia menambahkan nantinya petugas kesehatan akan melakukan pengecekan dan pemeriksaan, salah satunya menggunakan radiologi.
"Tujuannya, untuk melihat kepadatan tulang, khususnya tulang panggul, pergelangan tangan, serta tulang belakang, mengingat tiga bagian ini yang paling berisiko terjadinya patah tulang atau berisiko mengalami pengeroposan pada tahap awal," katanya.
Sementara itu, dokter Triadi menjelaskan osteoporosis adalah suatu penyakit dimana tulang menjadi lemah dan rapuh. Pada kasus yang ekstrem, tulang yang rapuh akan mengakibatkan tulang mudah patah.
"Patahnya bagaimana? misalkan kecelakaan, jatuh atau terpeleset. Pada kondisi orang yang menderita osteoporosis ada kemungkinan tulang patah saat kecelakaan, terjatuh atau terpeleset," katanya.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022