• Beranda
  • Berita
  • Bunga bangkai langka ditemukan di area Universitas Bali Internasional

Bunga bangkai langka ditemukan di area Universitas Bali Internasional

31 Oktober 2022 17:14 WIB
Bunga bangkai langka ditemukan di area Universitas Bali Internasional
Tanaman bunga bangkai jenis Amorphophallus paeoniifolius yang ditemukan di Universitas Bali Internasional di Denpasar, Senin (31/10/2022). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari

Kemungkinan akan dikonservasi karena tumbuhnya kan sering, artinya tidak cuma saat ini saja

​​Petugas kebersihan Universitas Bali Internasional (UNBI) Nyoman Agustini (46) menemukan bunga bangkai langka bernama ilmiah Amorphophallus peoniifolius ketika sedang membersihkan bagian belakang pura perguruan tinggi tersebut pada Kamis (27/10).

"Kemarin-kemarin tidak ada dan ketemunya tanggal 27 pagi pas acara gladi wisuda. Ini pertama kali lihat dan biasanya lihat lewat buku saja, mirip bunga raflesia," kata Agustini di Denpasar, Senin.

Agustini merupakan orang yang pertama kali menyebarkan gambar tanaman tersebut di sosial media.

Sementara itu saat dijumpai di Denpasar, Senin, pihak perguruan tinggi yang mengetahui kemunculan flora asing di lingkungan kampus tersebut mengaku akan melakukan konservasi dan penelitian terhadap tiga tanaman yang tumbuh.

"Ini rencananya seperti yang kita lihat di publikasi ilmiah, kita akan publikasikan untuk daerah Tonja, Denpasar. Kita kan menemukan ini di UNBI, kita akan publikasikan dalam bentuk analisis vegetasi Amorphophallus paeoniifolius, seperti apa untuk yang ini," kata Koordinator Program Studi Farmasi Klinis UNBI Ida Ayu Manik Partha Sutema.

Baca juga: Bunga bangkai mekar sempurna di kebun warga pinggiran Danau Maninjau

Baca juga: Bunga bangkai raksasa tumbuh di kebun kopi warga di Bener Meriah


Manik menjelaskan bahwa tanaman berwarna merah gelap menuju ungu berukuran sekitar 30 sentimeter itu merupakan bunga bangkai langka yang umumnya ditemukan di Flores dan Pulau Jawa.

Ketika dijumpai di siang hari, tanaman tersebut tak mengeluarkan bau, namun, baunya justru muncul pada malam hari dengan radius satu meter.

Bunga bangkai jenis Amorphophallus peoniifolius itu, kata dia, termasuk yang dapat memproduksi makanan sendiri, berbeda dengan raflesia arnoldi yang membutuhkan inang atau tempat menempel untuk dapat tumbuh.

Tanaman dengan jenis ini diperkirakan tidak akan tumbuh ke atas, melainkan ke samping dengan ukuran maksimal mencapai 50 sentimeter, namun pihak Universitas Bali Internasional belum dapat memastikannya, dan hendak melakukan analisis lebih dalam.

"Kita deteksi dan analisis vegetasinya, benar tidak yang sama dengan yang ada. Mungkin tim botani kita ya, di farmasi UNBI ada 4 kepakaran, memang ada kepakaran bidang biologi farmasi jadi botani farmasi," ujarnya.

Pengajar tersebut juga menyampaikan bahwa dilihat dari warnanya yang keunguan, umumnya mengartikan bahwa terdapat kandungan antioksidan yang tinggi.

Baca juga: Bunga Kibut mekar di halaman rumah warga Kota Bengkulu

"Kami juga lihat sudah ada yang meneliti juga kandungannya, itu juga dilihat dari metabolisme primer atau kandungan primernya seperti misalnya ada karbohidrat, protein, atau vitamin juga di dalamnya, cuma mungkin ini akan dilanjutkan lagi ke penelitian metabolisme sekunder," kata Manik di Denpasar.

Koordinator Prodi Farmasi Klinis itu mengatakan bahwa pada tahun 2020  tumbuhan serupa juga muncul di tempat yang sama, namun tak diperhatikan hingga akhirnya layu.

"Kemungkinan akan dikonservasi karena tumbuhnya kan sering, artinya tidak cuma saat ini saja. Mungkin didukung oleh lokasi di sana seperti tertutupi oleh tanaman yang lain, sehingga dia bisa hidup karena membuat makanannya sendiri," kata Manik menjelaskan kondisi bunga bangkai yang tumbuh di tanah lokasi pembuangan sampah organik sisa persembahyangan.

Ke depannya, tim dari Universitas Bali Internasional akan mengambil langkah penanganan terhadap bunga bangkai tersebut, dengan tindakan awal membiarkan tiga tanaman tersebut tumbuh sambil memperhatikan perkembangannya.

Sementara itu, Wakil Rektor II UNBI Dr. Lanang Rudiarta menyampaikan bahwa pihaknya ingin mengembangkan dan mempelajari tanaman langka tersebut, khususnya bagi mahasiswa.

"Jadi kebetulan kita punya tempat tanaman obat, ya mungkin teman-teman dari farmasi akan meneliti apa khasiat obatnya kemudian bagaimana tumbuh selanjutnya, bagus lah ini untuk pembelajaran, dikasih di sini mungkin disuruh belajar," kata dia.

Wakil Rektor berharap kemunculan tumbuhan langka tersebut sekaligus membawa rezeki bagi peningkatan kualitas perguruan tinggi dan minat mahasiswa untuk mengenyam pendidikan di sana.

Baca juga: Rafflesia Arnoldii hidup di hutan belantara Sumatera Selatan

Baca juga: Bunga bangkai setinggi empat meter tumbuh di kebun warga di Agam

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022