• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Waspada gejala lebam pada kulit tanda penyakit leukimia

Dokter: Waspada gejala lebam pada kulit tanda penyakit leukimia

31 Oktober 2022 19:02 WIB
Dokter: Waspada gejala lebam pada kulit tanda penyakit leukimia
Rumah Singgah Kanker Anak Seorang ibu membujuk anaknya yang mengidap kanker darah (leukimia) untuk makan di Rumah Singgah Kanker Anak di Malang, Jawa Timur, Kamis (23/2). Rumah Singgah tersebut didirikan untuk membantu anak-anak pengidap kanker terutama yang berasal dari luar kota agar dapat beristirahat saat menjalani terapi pengobatan sekaligus menumbuhkan semangat hidup antar sesama pengidap kanker. ANTARA/Ari Bowo Sucipto/zk/17

Faktor genetik sangat berperan dalam hal terjadinya kanker

Dokter spesialis penyakit dalam dr. Dwi Wahyunianto Sp.D mengatakan masyarakat perlu mewaspadai adanya gejala lebam pada kulit yang sering menjadi tanda penyakit leukimia.

"Salah satu gejala yang perlu diwaspadai adalah adanya perdarahan, itu bisa terjadi di mana saja, yang paling sering itu di kulit seperti lebam menjadi salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien leukimia," ucap Wahyu pada diskusi mengenai penyakit leukimia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Leukima merupakan salah satu bentuk penyakit kanker darah yang ditandai oleh adanya sel-sel tidak normal atau sel muda yang bertambah dalam jumlah banyak dan tidak terkendali.

Lebam yang terjadi pada sebagian besar pasien leukimia adalah karena adanya perdarahan di bawah kulit akibat sel darah putih yang berkembang terlalu banyak, sehingga menekan sel darah merah dan trombosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang.

Selain lebam pada kulit, kata Wahyu, gejala lain yang sering ditemui adalah mimisan dan gusi berdarah. Walaupun ada tanda terlihat pada pasien leukimia, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut oleh dokter agar bisa dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.

Baca juga: Mengenal kanker darah, gejala dan penyebabnya

Baca juga: Kanker darah bukan cuma leukimia


"Memerlukan seorang dokter yang tentunya punya pengetahuan dan pengalaman di bidangnya sehingga diagnosis leukimia ini bisa dengan cepat ditindak, karena penyakit ini bergeraknya sangat cepat, misalnya dalam waktu enam bulan sampai dengan setahun pasien bisa tidak selamat," ucap Wahyu.

Wahyu menjelaskan lebam pada penderita leukimia berbeda dengan lebam biasa karena terbentur. Biasanya lebam pada leukimia terjadi di tempat yang tidak biasa seperti pada batang tubuh dan leher, serta jumlahnya yang bertambah banyak seiring waktu.

"Lebam menjadi wajar bila memang kita misalnya habis terbentur, kita tahu alasannya. Kalau kita tidak tahu tiba-tiba muncul lebam, apalagi ditambah dengan gejala mudah pucat juga harus memeriksakan ke konsultan hematologi dan onkomedik yang terdekat," ucap dokter dari RS Mayapada Tangerang.

Leukima bisa terjadi akibat adanya beberapa faktor, seperti paparan zat kimia, polusi termasuk asap rokok, dan bila pernah melakukan terapi radiasi atau kemoterapi.

Selain itu, Wahyu mengatakan faktor genetik juga sangat berperan dalam hal terjadinya kanker darah ini.

"Seperti dengan kanker lain, faktor genetik sangat berperan dalam hal terjadinya kanker mungkin hampir 90 persen terkait dengan kelainan genetik dari sel darahnya yang mengalami leukimia tersebut," ucapnya.

Konsultan Hematologi - Onkologi Medik ini mengatakan peranan operasi pada leukimia sangat minimal karena berhubungan dengan darah, sehingga terapi sistemik dengan memberikan obat yang bekerja ke seluruh tubuh menjadi jalan satu-satunya untuk pengobatan leukimia.

"Salah satunya adalah kemoterapi, yang merupakan bagian dari pengobatan kanker secara sistemik atau secara keseluruhan," ujarnya.

Lebih lanjut ada terapi target dan imunoterapi, namun pengobatan ini memerlukan fisik yang prima dari pasien karena efek sampingnya cukup besar sehingga disarankan pasien segera memeriksakan diri agar kondisi saat berobat masih optimal untuk menerima terapi.

Baca juga: Tanda-tanda leukimia, anemia hingga kelelahan

Baca juga: Jus wortel untuk kesehatan tubuh

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022