"Perlu rasionalisasi agar anggaran kegiatan penanganan banjir tahun depan berjalan efektif," kata Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi di Jakarta, Selasa.
"Padahal pekerjaannya banyak sekali, pekerjaan rumahnya banyak sekali ini," tutur Ketua DPRD DKI itu.
Baca juga: Anggaran penanganan banjir di Jaksel mendesak karena darurat
Baca juga: Anggaran penanganan banjir di Jaksel mendesak karena darurat
KUA-PPAS APBD 2023 itu merinci untuk anggaran penanggulangan banjir sebesar Rp1,29 triliun yang terdiri dari Jakarta Pusat mencapai Rp219 miliar, Jakarta Utara (Rp247 miliar), Jakarta Barat (Rp236 miliar), Jakarta Selatan (Rp193 miliar), Jakarta Timur (Rp296 miliar), dan Kepulauan Seribu (Rp105 miliar).
Untuk penanganan kemacetan sebesar Rp625 miliar yang terdiri dari Jakarta Pusat (Rp111 miliar), Jakarta Utara (Rp130 miliar), Jakarta Barat (Rp122 miliar), Jakarta Selatan (Rp113 miliar), dan Jakarta Timur (Rp149 miliar).
Dengan postur tersebut, Wakil Ketua Banggar DPRD DKI Jakarta Khoirudin juga menilai postur tersebut belum mampu mengeksekusi dengan baik untuk tiga program prioritas yang diusung tahun depan, terlebih, dalam nomenklatur yang tampak masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Keseriusan kan dilihat dari anggaran. Kesan copy paste masih ada. Perlu diimbau para walikota agar jangan ragu membuat terobosan untuk menyelesaikan permasalahan secara permanen," ucapnya.
Baca juga: DPRD minta BPBD DKI gunakan anggaran mitigasi banjir tepat dan efektif
Baca juga: DPRD minta BPBD DKI gunakan anggaran mitigasi banjir tepat dan efektif
Ia berharap seluruh wali kota dan bupati di DKI Jakarta dapat membuat terobosan baru yang dapat merealisasi target genangan air dapat surut maksimal enam jam, melebarkan ruas jalan yang sebanding dengan pertumbuhan kendaraan, serta meningkatkan pelatihan kepada para usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk menekan angka pengangguran.
"Harapannya keluhan masyarakat terhadap banjir sudah tidak sekenceng hari ini. Lalu mengadakan pelatihan yang bukan hanya seremonial, tapi tidak difikirkan tindak lanjut setelahnya. Itu yang kita sayangkan, harus kita kawal dari awal perencanaan sampai betul-betul mereka bisa berusaha sendiri," ucapnya.
Anggota Banggar Matnoor Tindoan juga menilai anggaran Rp1,2 miliar sangat tidak masuk akal untuk melakukan pencegahan apalagi mengatasi banjir yang menjadi langganan sejumlah warga Ibu Kota.
Bahkan ia menyoroti masih lemahnya pengawasan Pemkot di wilayah tersebut yang mengakibatkan sulitnya melakukan mitigasi.
Anggota Banggar lain, Yusriah Dzinnun juga mempertanyakan kematangan perencanaan Pemprov dalam memporsikan anggaran untuk antisipasi dampak resesi ekonomi. Sebab menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta Utara yang memiliki angka kemiskinan paling tinggi yakni 7,24 persen, justru mendapat porsi anggaran paling kecil dari wilayah lain.
"Jadi artinya angka miskin dan mendekati miskin di Jakarta Utara lebih besar daripada daerah lain, tetapi mendapatkan proporsi yang lebih sedikit ketimbang daerah lain. Saya mempertanyakan bagaimana sebetulnya keberpihakan teman-teman dari Jakarta Utara terhadap angka UMKM dan dalam rangka penanggulangan krisis resesi ekonomi," ucapnya.
Baca juga: PSI pertanyakan banjir terjadi padahal anggaran sudah keluar triliunan
Baca juga: PSI pertanyakan banjir terjadi padahal anggaran sudah keluar triliunan
Dalam rapat tersebut, Asisten Perekonomian dan keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati memaparkan sejumlah program prioritas untuk menuntaskan tiga masalah besar yang jadi momok menakutkan warga Jakarta.
"Kemudian juga kita melalui hibah ke Polda Metro Jaya kita juga ingin mendorong di tahun 2023 ini electronic traffic Law enforcement atau kita kenal dengan ETLE sudah diterapkan optimal, juga Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan terkait dengan marka jalan, untuk mengendalikan kemacetan," ungkapnya.
Baca juga: DKI percepat serapan anggaran PEN untuk penanganan banjir
"Jadi dengan demikian di dalam spesifikasi tiap wilayah telah kami sampaikan kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian target pada penyelesaian tiga prioritas besar tersebut," tuturnya.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022