• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Tiga kesalahan yang sering terjadi saat cek gula darah mandiri

Dokter: Tiga kesalahan yang sering terjadi saat cek gula darah mandiri

2 November 2022 14:38 WIB
Dokter: Tiga kesalahan yang sering terjadi saat cek gula darah mandiri
Ilustrasi - Glukometer. ANTARA/Pexels.
Dokter spesialis patologi klinik dr. Reiva Wisdharilla, Sp.PK menjelaskan tiga kesalahan yang sering terjadi saat seseorang melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara mandiri dengan menggunakan alat tes gula darah.

Reiva mengatakan kesalahan tersebut tampak remeh akan tetapi dapat memberikan hasil yang invalid apabila penggunaannya tidak tepat. Selain gula darah, kesalahan-kesalahan berikut juga berlaku pada pemeriksaan mandiri lainnya yang menggunakan sampel darah di ujung jari seperti cek kadar kolesterol, trigliserida, hingga asam urat.

“Sebetulnya kalau kita melakukan pemeriksaannya dengan benar, maka hasilnya valid. Tapi masalahnya banyak, nih, ternyata yang tidak kita sadari, melakukan pemeriksaannya ada salah-salah dikit. Salahnya dikit, tapi bisa berpengaruh ke hasil, bisa jadi tambah tinggi atau tambah rendah padahal sebenarnya tidak begitu,” kata dokter dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Kesalahan pertama yaitu tidak menunggu cairan alkohol di ujung jari sampai kering dengan sendirinya. Dia mengingatkan agar pengguna mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengusapkan cairan alkohol di ujung jari sebab tangan yang kotor bisa mempengaruhi pembacaan hasil.

Baca juga: Manajemen diabetes bukan hanya perkara gula darah

Baca juga: Tiga gejala khas diabetes yang wajibkan Anda periksa gula darah


Kemudian, proses pengeringan alkohol pun tidak diperkenankan untuk ditiup karena bisa jadi kuman dari dalam mulut kontak dengan luka di ujung jari sehingga menyebabkan infeksi.

Reiva menjelaskan sebaiknya pengguna menunggu selama 30 detik setelah alkohol diusap. Durasi waktu tersebut dibutuhkan untuk memastikan kuman di permukaan kulit benar-benar mati sehingga kemungkinan infeksi pun dapat terhindar.

Selain itu, alkohol yang masih basah di permukaan kulit juga akan menimbulkan rasa perih ketika jarum ditusukkan di ujung jari. Yang paling fatal, kata Reiva, alkohol yang masih basah juga dapat mempengaruhi hasil pembacaan tes menjadi invalid.

Dia menjelaskan beberapa alat tes mungkin bisa mendeteksi cairan alkohol seperti glukosa sehingga dapat memberikan hasil tinggi palsu. Ada pula alat tes yang tidak bisa membaca cairan alkohol sebagai glukosa yang bisa memberikan hasil rendah palsu jika alkohol tercampur dengan sampel darah.

“Jadi dari satu itu saja, kalau tidak menunggu alkohol supaya benar-benar kering, ternyata banyak, tuh, yang bisa terjadi. Satu, kita jadi bisa risiko kena infeksi. Dua, di jarinya jadi perih banget. Ketiga, hasil glukosanya bisa jadi salah. Itu baru satu kesalahan,” kata Reiva.

Kesalahan kedua yaitu kekeliruan pada saat melakukan penusukan. Menurut Reiva, apabila sampel darah yang keluar hanya sedikit sebaiknya tidak dipaksakan keluar dengan memencet ujung jari. Hal tersebut berpotensi menimbulkan hasil rendah palsu karena terdapat cairan jaringan selain darah yang keluar pada saat ujung jari dipencet.

“Cairan jaringan ini beda sama darah. Padahal yang kita ingin ukur itu gula yang ada di darah atau kolesterol atau trigliserida atau asam urat,” katanya.

Oleh sebab itu, Reiva menganjurkan agar pengguna tidak perlu ragu dan takut ketika menusukkan jarum ke ujung jari. Menurut dia, perbedaan nomor jarum tidak begitu signifikan. Usahakan agar jarum benar-benar menembus kulit sehingga sampel darah yang valid bisa didapatkan.

Kesalahan terakhir yaitu tidak memastikan sampel darah yang digunakan benar-benar valid. Menurut Reiva, sampel darah yang valid adalah tetesan darah yang kedua. Pada saat darah keluar pertama kali setelah ditusuk, sebaiknya tetesan pertama itu harus diusap terlebih dahulu menggunakan kassa steril.

“(Tetesan) yang kedua itu yang paling valid sebenarnya karena yang pertama itu kadang masih tercampur sama cairan jaringan. Jadi, kalau kita mau benar-benar memastikan yang paling valid itu sebenarnya tetesan kedua,” kata Reiva.*

Baca juga: Diabetes tak cukup dikenali hanya dari gejala

Baca juga: Kapan waktu periksa gula darah untuk deteksi diabetes?

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022