"Gejala pada kanker paru seringkali tidak nampak pada stadium awal, ini berakibat dimana data saat ini menunjukkan bahwa 60 persen pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut," kata Aru dalam webinar “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru”, Selasa.
Aru menjelaskan kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC. Maka, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.
“Kanker paru adalah jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia dengan 95 persen kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok, dalam hal ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok laki-laki dewasa di dunia, serta polusi sekitar yang tinggi," kata Aru.
Baca juga: YKI: Perlu kolaborasi pemangku kepentingan dalam tanggulangi kanker
Kanker paru dibedakan untuk setiap pasien dari jenis sel dan perubahan sel abnormal. Pengujian biomarker akan menunjukkan mutasi spesifik pada sel Kanker. Pengujian biomarker penting karena dapat mendeteksi adanya penanda bilogis (biomarker) spesifik yang dapat membantu pemilihan terapi yang telah tersedia di Indonesia.
Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat dua masalah kanker paru, yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru.
Masalah kedua adalah masih buruknya prognosisnya dibanding kanker lain, yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut.
Dalam rangka peringatan Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, PT. Takeda Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam mengadakan webinar media bertajuk “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru” guna meningkatkan kesadaran mengenai dalam hal diagnosis Kanker Paru di Indonesia.
General Manager of PT Takeda Indonesia Andreas Gutknecht mengatakan Takeda berkomitmen untuk menerjemahkan sains ke dalam pengobatan yang dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
"Kami berfokus pada berbagai penyakit dengan kebutuhan medis tak terpenuhi paling tinggi dan masalah terbesar dalam kesehatan masyarakat, kanker paru tentunya adalah salah satu dari penyakit tersebut," kata Andreas.
Ia menambahkan diagnosis dini dan tepat pada kanker paru menjadi titik kritis dalam keberhasilan pengobatan pasien.
"Oleh karena itu, kami bersyukur dapat bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia untuk meningkatkan kesadaran terkait kanker paru secara berkelanjutan di Indonesia.”
Baca juga: Ahli: Diagnosis tepat penting dalam penanganan kanker paru
Baca juga: Vape juga berisiko sebabkan kanker paru
Baca juga: Dokter: Perokok berisiko lebih besar terkena kanker paru
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022