Probabilitas resesi Indonesia hanya sebesar dua persen di tahun 2023, ketika AS mengalami resesi
Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anton Hendranata memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mengalami resesi pada semester II 2023.
Dalam Seminar Dies Natalis ke-72 FEB UI bertajuk "Chief Economists Talk on Economy and Bussiness 2023" di Jakarta, Rabu, dia mengatakan berbagai indikator telah mengarahkan negeri Paman Sam itu menuju resesi pada tahun depan.
Berbagai indikator itu di antaranya, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS telah direvisi ke bawah secara signifikan dari 4,0 persen ke 0,2 persen, tingkat inflasi naik dari 2,6 persen ke 5,4 persen, serta tingkat pengangguran naik dari 3,5 persen ke 3,8 persen pada 2023 nanti.
Ditambah, otoritas moneter Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan Federal Fund Rate (FFR) sebesar 375 bs sepanjang 2022, dari sebelumnya 0,25 persen pada Januari 2022 menjadi 4,00 persen pada November 2022.
"Pada saat sebelum resesi, ada kecenderungan bank sentral AS agresif menaikkan suku bunga acuannya," kata Anton.
Dia melanjutkan indikator AS sedang berjalan menuju resesi juga dapat dilihat dari riwayat perekonomian negara ini dalam sejarahnya.
Dia menjelaskan, imbal hasil obligasi AS telah mengalami inversi sebanyak enam kali, yakni pada tahun 1978 ,1981, 1989, 1990, 2007 dan 2019, yang mana fenomena ini selalu diikuti resesi di negara itu, yakni pada 1980, 1982, 1991, 2009, dan 2020.
"Pada saat ini, AS mengalami inflasi tinggi, imbal hasil obligasi AS inversi, dan The Fed menaikkan suku bunga acuannya," kata Anton.
Lebih lanjut, hasil riset BRI melalui Model Markov Switching Dyanamic menyebutkan, potensi AS mengalami resesi sebesar 80 persen pada 2023, yang mana dari lima periode resesi yang terjadi sejak 1980, model ini mampu memperkirakan empat resesi dengan probabilitas tinggi.
Dia mengatakan resesi yang terjadi di AS akan diikuti oleh negara- negara maju di Eropa, kemudian juga diikuti oleh beberapa negara berkembang.
Namun, dia mengatakan bahwa Indonesia cukup jauh dari episentrum resesi ekonomi dunia, dikarenakan perekonomian nasional ditopang oleh permintaan domestik.
Selain itu, pasar keuangan dan valuta asing (valas) Indonesia saat ini cenderung lebih robust dari gejolak eksternal.
"Probabilitas resesi Indonesia hanya sebesar dua persen di tahun 2023, ketika AS mengalami resesi," katanya.
Baca juga: Analis: 95,9 persen masyarakat optimis RI tidak akan resesi di 2023
Baca juga: G20 di tengah pusaran resesi
Baca juga: Menko Airlangga nilai RI bisa keluar dari resesi global di tahun depan
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022