• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Pantau bising jantung bayi untuk cegah sakit jantung bawaan

Dokter: Pantau bising jantung bayi untuk cegah sakit jantung bawaan

10 November 2022 15:49 WIB
Dokter: Pantau bising jantung bayi untuk cegah sakit jantung bawaan
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam webinar "Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Reproduksi", di Jakarta, Kamis (13/10/2022). (ANTARA/ Anita Permata Dewi)

Untuk bayi yang sudah jelas ada bising jantungnya, ini wajib dilakukan echo untuk diketahui diagnosisnya

Dokter Spesialis Anak Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan orang tua senantiasa memantau bising jantung bayi saat imunisasi guna mendeteksi dan mencegah adanya penyakit jantung bawaan.

“Buat Ibu-Ibu, di manapun imunisasinya minta didengarkan pake stetoskop bayinya, supaya bising jantungnya kalau ada bisa terdengar, jadi jangan sampai luput,” kata Piprim dalam Webinar HUT 103 RSCM yang ditayangkan melalui Instagram RSCM Jakarta diikuti di Jakarta, Kamis.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menyampaikan bahwa ia pernah mendapati pasien yang baru tahu bahwa terdiagnosa memiliki penyakit jantung bawaan setelah berumur 8 bulan karena selama melakukan imunisasi, bayi tersebut tidak pernah diperiksa keadaan jantungnya menggunakan stetoskop.

Penyakit jantung bawaan, sebutnya, kerap kali menghantui bayi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Persentase kelainan yang telah dimiliki bayi saat salah ke dunia tersebut di Indonesia adalah 1 dibanding 100.

“Di Indonesia kira-kira per tahunnya angka kelahiran tuh sekitar 5 juta bayi lahir. Jadi kalau 1 persen, berarti sekitar 50 ribu lahir dengan masalah jantung bawaan ini. Makanya orang tua juga perlu waspada terhadap penyakit jantung bawaan pada bayi dan anak,” ucapnya.

Baca juga: Praktisi: Anak sindrom down perlu skrining penyakit jantung bawaan

Baca juga: Dokter: Kelainan jantung bocor kecil kemungkinan bisa menutup sendiri

Faktor penyebab jantung bawaan tersebut juga beragam, namun ada yang bisa dicegah seperti sindrom rubella kongenital, sebuah kondisi dimana ibu yang sedang hamil muda tertular rubella dari anak pertamanya yang belum diberikan vaksin Measles and Rubella (MR).

Dampaknya pada ibu hamil hanya sebatas kemerahan, namun janin yang tengah di kandungnya akan menderita sindrom rubella kongenital yang mengakibatkan terjadinya kebocoran jantung, mata katarak, telinga tuli dan otak kecil.

“Ini sebetulnya bisa dicegah dengan memberi imunisasi MR pada bayi 9 bulan dan 5 tahun,” sebutnya.

Penyebab lain dari penyakit jantung bawaan adalah defisiensi atau kekurangan asam folat pada ibu hamil, sindrom metabolik seperti ibu yang diabetes hingga sindrom down. Selain juga faktor genetik, akibat mengonsumsi obat epilepsi dan mengonsumsi alkohol.

Sedangkan untuk gejala penyakit jantung bawaan juga sangat beragam, mulai dari gejala yang tak terlihat sama sekali dan hanya baru diketahui saat didengarkan bising jantung, anak kesulitan dalam minum yang mengakibatkan berat badan tidak bisa naik hingga kebiruan pada tubuh.

“Sering orang tua menganggap biru pada sekitar mulut hingga ujung kaki biasa, ibunya bilang bibir saya anaknya hitam mirip bapaknya. Jadi bibir yang biru atau hitam itu dibawa ke dokter dipastikan dahulu dan periksa pulse oksimetri,” kata dia.

Ia juga mengingatkan orang tua untuk segera melakukan pemeriksaan jika anak memiliki tanda-tanda memiliki penyakit jantung bawaan karena ada beberapa kasus yang memiliki peluang disembuhkan

“Untuk bayi yang sudah jelas ada bising jantungnya, ada gangguan pertumbuhan, ini wajib dilakukan echo untuk diketahui diagnosisnya karena tata laksana penyakit jantung bawaan sangat tergantung diagnosisnya,” ucapnya.

Baca juga: Penyakit jantung bawaan pada anak bisa dideteksi sejak dini

Baca juga: Anak penderita jantung dan mata di Lebak diberi bantuan Mensos

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022