“Saat ini masih ada dua pasien yang masih dirawat, mereka dari Aceh Selatan dan Pidie,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Iman Murahman di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa sejauh ini penanggulangan kasus gagal ginjal akut di Tanah Rencong sudah terkendali. Memang, sejak awal November 2022, tidak ada lagi kasus baru yang masuk ke rumah sakit.
Hingga hari ini, lanjut dia, total kasus gagal ginjal akut di Aceh mencapai 32 kasus, di antaranya 24 anak telah meninggal dunia, enam anak telah dinyatakan sembuh dan dua masih perawatan.
Baca juga: Dinkes DKI minta penuhi kecukupan konsumsi air cegah gangguan ginjal
Baca juga: Penyidik periksa 28 saksi terkait penyidikan PT Afi Farma
Kata dia, sebanyak 30 kasus mendapat penanganan di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh, kemudian satu orang dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Medan, Sumatera Utara, namun telah meninggal dunia.
“Sedangkan satu lagi meninggal dunia dalam perjalanan saat dirujuk dari Nagan Raya ke RSUD Zainoel Abidin,” kata Iman.
Iman menambahkan sejak awal penanganan kasus ini, pihaknya telah mengikuti seruan dari Kementerian Kesehatan untuk menyetop sementara obat sirup yang diduga menjadi penyebab utama gagal ginjal akut.
Hingga sekarang, kata dia, pihaknya juga telah mendapat suplai obat antidotum fomepizole untuk pengobatan pasien gagal ginjal akut yang mendapat perawatan di rumah sakit.
Kata dia, Aceh mendapat kiriman sebanyak sembilan vial obat fomepizole. Saat ini, obat antidotum itu sudah mulai habis, dan akan mendapatkan bantuan lagi dari Kemenkes RI.
“Memang dua orang dirawat ini dari awal masuk keadaannya parah, bahkan sampai koma. Kemudian diberikan fomepizole dengan hemodialisis pada anak yang rutin, dan sekarang anaknya sudah sadar, sudah bisa buang air kecil,” kata Iman.*
Baca juga: Bareskrim periksa dua perusahaan pemasok bahan baku obat ke Afi Farma
Baca juga: Komisi IX DPR sebut kasus ginjal akut di Aceh sudah terkendali
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022