CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro dalam keterangan tertulisnya di Denpasar, Sabtu, mengatakan pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau memiliki peran penting dalam roadmap Net Zero Emissions (nol emisi) Indonesia.
"Dengan potensi tersebut, kami percaya bahwa Indonesia juga akan memainkan peran kunci dalam produksi hidrogen hijau di Asia," ujarnya.
Pihaknya sangat antusias dengan kolaborasi strategis tersebut dan percaya bahwa Keppel dan Chevron sebagai perusahaan terkemuka yang memiliki visi yang sama dalam transisi energi seperti halnya Pertamina RNE.
Penandatanganan perjanjian studi bersama (JSA) antara Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE), Keppel Infrastructure, melalui Keppel New Energy Pte. Ltd, dan Chevron Corporation (NYSE: CVX), melalui Chevron New Energies International Pte. Ltd dilakukan dalam Business 20 (B20) Investment Forum di Nusa Dua, Badung, Bali.
JSA tersebut ditandatangani oleh CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro, Director Keppel New Energy, Pte, Ltd Yong-Hwee CHUA dan Director Chevron New Energies International, Pte, Ltd Andrew S Mingst.
Baca juga: Pertamina Power Indonesia ubah nama jadi Pertamina NRE
Acara tersebut disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Indonesia sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Selain itu, disaksikan Presiden Direktur & CEO PT Pertamina (Persero) sekaligus Ketua Satuan Tugas B20 Energy, Sustainability and Climate, Nicke Widyawati serta CEO Keppel Infrastructure, Cindy Lim.
Perjanjian studi bersama itu bermaksud untuk menjajaki kelayakan pengembangan fasilitas hidrogen hijau, dengan kapasitas produksi minimal 40.000 ton per tahun yang didukung oleh setidaknya 250 - 400 MW energi panas bumi pada tahap awal.
Fasilitas produksi hidrogen akan memiliki potensi untuk ditingkatkan hingga 80.000 dan 160.000 ton per tahun yang bergantung pada ketersediaan energi panas bumi serta permintaan pasar.
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), Indonesia yang merupakan negara dengan kepadatan penduduk terbesar keempat di dunia, memiliki rencana yang baik dalam mencapai net zero emission pada tahun 2060.
Hidrogen dan amonia telah diidentifikasi sebagai bahan bakar rendah karbon yang merupakan bagian penting dari perencanaan ini.
Baca juga: Pertamina NRE akan pasok listrik tenaga gas 570 megawatt ke GRR Tuban
Amonia juga dapat digunakan untuk mengangkut hidrogen dan berpotensi untuk menggantikan bahan bakar minyak perkapalan (bunker fuel) sebagai solusi rendah karbon dalam industri maritim global.
"Indonesia yang memiliki sekitar 40 persen dari potensi sumber daya panas bumi dunia, memiliki peluang dalam pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber energi yang terpercaya dan stabil untuk menghasilkan amonia hijau atau hidrogen hijau," ujar Dannif.
Cindy Lim, CEO Keppel Infrastructure, mengatakan Indonesia adalah negara dengan sumber daya besar yang memiliki potensi energi terbarukan dan rendah karbon yang sangat tinggi.
"Kami senang dapat bekerjasama dengan para pemimpin industri, Pertamina dan Chevron untuk mengeksplorasi penggunaan perdana energi panas bumi dan energi terbarukan lainnya untuk mengembangkan proyek hidrogen hijau dan amonia hijau," ucapnya.
Selain itu, mendukung upaya transisi energi Indonesia, serta mendukung investasi dalam rantai pasokan energi terbarukan.
Austin Knight, Wakil Presiden Hydrogen, Chevron New Energies berharap dapat memanfaatkan keahlian bersama ini untuk mempelajari dan mengevaluasi peluang bisnis rendah karbon di kawasan Indonesia.
"Kekuatan Chevron selalu dalam hal memecahkan masalah energi yang besar dan kompleks, dan membangun masa depan rendah karbon menjadi peluang-bisnis yang memotivasi kami," katanya.
Sebagai bentuk dari upaya tersebut, lanjut dia, harus bekerjasama untuk mencari cara-cara baru yang inovatif agar dapat terus memproduksi dan mengantarkan energi yang semakin bersih untuk dunia yang terus berkembang.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022