• Beranda
  • Berita
  • Forum THK G20 katalisasi blended finance 30 miliar dolar AS

Forum THK G20 katalisasi blended finance 30 miliar dolar AS

13 November 2022 20:44 WIB
Forum THK G20 katalisasi blended finance 30 miliar dolar AS
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Tri Hita Karana (THK) Blended Finance Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah

Dana tersebut juga akan digunakan untuk memobilisasi solusi berbasis lingkungan terutama laut, hutan dan sistem pangan regeneratif

Forum Tri Hita Karana (THK) Presidensi G20 Indonesia mengumpulkan penggalangan pembiayaan campuran (blended finance) lebih dari 30 miliar dolar AS yang terdiri atas komitmen beberapa proyek dan inisiatif untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).

Executive Lead of THK Forum 2022 dan Duta Besar Keliling untuk Kawasan Pasifik Tantowi Yahya mengatakan THK Forum akan berperan sebagai platform untuk menggalang dukungan dan merayakan komitmen, pengumuman, serta capaian dalam mendorong SDGs.

"Forum ini berorientasi pada hasil, tapi tetap membuka ruang interaksi dan diskusi dari peserta agar bisa mencari solusi untuk mendatangkan investasi dan inovasi berkualitas," katanya dalam THK Blended Finance Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Minggu.

Penggalangan dana lebih dari 30 miliar dolar AS ini akan memprioritaskan percepatan investasi untuk transisi energi berkeadilan di Indonesia serta meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan sampah dan infrastruktur berkelanjutan.

Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk memobilisasi solusi berbasis lingkungan terutama laut, hutan dan sistem pangan regeneratif.

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ketika membuka forum ini menuturkan komitmen Indonesia terhadap SDGs terutama perubahan iklim sangat kuat.

Di sisi lain, Indonesia menghadapi tantangan untuk mempercepat pencapaian SDGs yaitu terkait pendanaan sehingga blended finance sangat penting untuk membiayai berbagai proyek iklim.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang memfinalisasi Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan termasuk kolaborasi untuk penghentian pembangkit tenaga batu bara lebih cepat dari rencana menuju pada energi terbarukan.

Salah satu pengumuman utama dalam forum THI adalah perjanjian inovatif antara PT PLN (Persero) dan Amazon dalam menyediakan 210 megawatt (MW) energi terbarukan bagi empat proyek panel surya di seluruh Indonesia yang berlokasi di Jawa dan Bali untuk mendukung sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali.

"Kita semua tahu tantangan iklim tidak dapat diselesaikan sendiri-sendiri baik oleh pemerintah, swasta maupun LSM. Kita semua perlu berkolaborasi, berbagi ambisi dan membangun perhatian bersama," kata Global Vice President for Public Policy Amazon Web Services (AWS) Michael Punke.

Selain berkolaborasi dengan Amazon, PLN berencana memperkenalkan lebih banyak peluang tarif hijau sehingga pilihan pengadaan energi terbarukan bagi pihak swasta akan lebih terbuka di Indonesia.

"Alasan kita perlu mengakselerasi transisi energi adalah karena kita perlu hidup di dunia dimana energi murah itu bersih, dan energi bersih itu murah," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo.

Tak hanya itu, dalam forum THK turut diluncurkan platform Blue Halo S oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Blue Halo S adalah model baru untuk konservasi laut dan pengelolaan perikanan di Indonesia dengan pendekatan perlindungan laut terpadu dan manajemen perikanan berkelanjutan yang dirancang untuk swadana ke depannya.

"Ada kebutuhan mendesak untuk mengonservasi ekosistem laut dan biodiversitas di dalamnya sekaligus menyejahterakan," kata CEO Conservation International M Sanjayan.

Baca juga: Bappenas: Blended finance jadi pilar penting pembangunan berkelanjutan
Baca juga: Luhut sebut blended finance atasi gap pembiayaan perubahan iklim
Baca juga: Indonesia siapkan inisiasi pendanaan SDGs global lewat THK Forum

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022