• Beranda
  • Berita
  • Minat pembelian EV di Indonesia masih masuki tahap awal

Minat pembelian EV di Indonesia masih masuki tahap awal

14 November 2022 08:25 WIB
Minat pembelian EV di Indonesia masih masuki tahap awal
Wuling Air Ev yang dilucnurkan pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022. (ANTARA/Chairul Rohman)

Direktur Utama Adira Finance Dewa Made Susila menilai minat pembelian kendaraan listrik (EV) di Indonesia masih memasuki tahap awal (early stage).

Reflection industry-nya masih early. Pembeli kendaraan listrik roda empat saat ini masih (di segmen) orang kaya yang dah punya mobil. Early adopter adalah mereka, namun, belum (masuk ke tahapan) mass consumption,” kata Made dalam temu media terbatas di Jakarta, Minggu (13/11) malam.

Menurut Made, hal ini mengacu pada masa pengenalan kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua kepada masyarakat, dinamika dan karakteristik masing-masing kendaraan serta konsumen di Indonesia.

“Ada beberapa karakter kendaraan listrik yang beda dengan kendaraan konvensional. Misalnya komposisi harga baterai yang lebih besar daripada komponen lainnya,” kata dia.

“Selain itu, perilaku unik nasabah kendaraan Indonesia yang memikirkan banyak hal, termasuk harga jual. Harga secondary (kendaraan listrik) terbentuk pasarnya,” ujarnya menambahkan.

Faktor lain yang masih menjadi pertimbangan bagi masyarakat sebagai konsumen untuk beralih membeli kendaraan listrik adalah perawatan (maintenance), hingga detil soal pengisian daya.

“Ini baru tahap awal. Semua konsumen, produsen, dan perusahaan pembiayaan juga belajar soal karakteristik ini agar fair. Kita juga masuk ke segmen pembiayaan itu (EV),” kata Made.

Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa Indonesia telah berada di jalur yang tepat menyusul tren negara-negara dunia yang telah mengarah menuju transisi kendaraan ramah lingkungan.

Di Eropa, misalnya. Negara-negara Uni Eropa baru-baru ini untuk menghentikan kendaraan pembakaran internal (ICE) secara bertahap pada tahun 2035.

Blok tersebut hanya akan mengizinkan penjualan kendaraan tanpa emisi pada tahun 2035 dan telah mengamanatkan bahwa 50 persen dari semua van baru dijual pada tahun 2030 menjadi ZEV.

“Sudah menjadi tren bahwa di Eropa pada 2035 tidak boleh memproduksi kendaraan dengan BBM, mereka telah transisi untuk mengganti infrastruktur untuk kendaraan listrik. Rasanya, kita juga mengarah ke sana,” ujar Made.

“Hanya saja, karakteristik konsumen kita berbeda. Adopsinya seberapa cepat? Tidak semua teknologi bisa di-adopt dengan cepat. Namun, tren ini (EV) tidak bisa dihindari,” imbuhnya.


Baca juga: Dubes Rosan: Investor energi bersih incar potensi di Indonesia

Baca juga: Daimler bawa purwarupa bus EV Mercedes-Benz ke Indonesia tahun depan

Baca juga: Harapan Wuling soal EV SUV hingga skrining penyakit jantung bawaan

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022