Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Adib Khumaidi berharap bantuan kemanusiaan untuk korban gempa bumi Cianjur, Jawa Barat, bersifat jangka panjang.relawan dokter dan nakes bekerja bergantian beberapa gelombang
"Kami perlu mengatur supaya tidak ada penumpukan bantuan di awal. Kami berharap bantuan untuk Cianjur ini long term, sehingga tidak hanya fokus di dua pekan pertama, mungkin sampai di bulan kedua atau ketiga," kata Adib Khumaidi saat menyambangi korban gempa di Pendopo Pemkab Cianjur, Jumat.
Ia mengatakan saat ini PB IDI dan IDI Cianjur terus memantau distribusi nakes dari IDI wilayah dan cabang sekitar, serta dari Perhimpunan di bawah IDI.
"Relawan dokter dan nakes bekerja bergantian beberapa gelombang karena sebagian membutuhkan istirahat juga," katanya.
Baca juga: Pupuk Indonesia buka layanan kesehatan untuk penyintas gempa Cianjur
Baca juga: DPW NasDem Jabar terjunkan tim kesehatan bantu korban gempa Cianjur
Adib mengatakan para relawan dokter dan nakes lainnya membawa logistik obat-obatan, termasuk selimut, bahan makanan, dan obat-obatan.
Adib mengatakan, tenaga dokter yang ada di Cianjur saat ini terdapat 167 dokter umum di wilayah Cianjur, 21 dokter spesialis bedah, 24 dokter spesialis ortopedi, tujuh dokter spesialis anestesi, dua dokter spesialis kejiwaan untuk trauma healing, tujuh dokter spesialis anak termasuk empat dari IDAI Jabar, dua dokter spesialis penyakit dalam dari RS Muwardi Solo.
Selain itu, bantuan juga dikerahkan dari relawan dokter dari Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Sumedang, Karawang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Serang, IDI Depok, IDI Bekasi, IDI Makassar, dan juga Pusat Krisis Kesehatan PB IDI.
Sementara, untuk data nakes lainnya berdasarkan laporan dari klaster kesehatan, terdiri atas 378 perawat, 77 bidan, 11 kesehatan lingkungan, lima tenaga surveilans, tiga ahli gizi, dua analis kesehatan, 126 apoteker.
"Fokus saat ini adalah memeratakan pelayanan, aksesnya masih terputus. Proses evakuasi masih berjalan, termasuk pencarian 39 orang yang masih belum ditemukan," katanya.
Baca juga: Pertamedika IHC layani keluhan kesehatan warga terdampak gempa Cianjur
Adib mengatakan para relawan dokter dan nakes lainnya membawa logistik obat-obatan, termasuk selimut, bahan makanan, dan obat-obatan.
Adib mengatakan, tenaga dokter yang ada di Cianjur saat ini terdapat 167 dokter umum di wilayah Cianjur, 21 dokter spesialis bedah, 24 dokter spesialis ortopedi, tujuh dokter spesialis anestesi, dua dokter spesialis kejiwaan untuk trauma healing, tujuh dokter spesialis anak termasuk empat dari IDAI Jabar, dua dokter spesialis penyakit dalam dari RS Muwardi Solo.
Selain itu, bantuan juga dikerahkan dari relawan dokter dari Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Sumedang, Karawang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Serang, IDI Depok, IDI Bekasi, IDI Makassar, dan juga Pusat Krisis Kesehatan PB IDI.
Sementara, untuk data nakes lainnya berdasarkan laporan dari klaster kesehatan, terdiri atas 378 perawat, 77 bidan, 11 kesehatan lingkungan, lima tenaga surveilans, tiga ahli gizi, dua analis kesehatan, 126 apoteker.
"Fokus saat ini adalah memeratakan pelayanan, aksesnya masih terputus. Proses evakuasi masih berjalan, termasuk pencarian 39 orang yang masih belum ditemukan," katanya.
Baca juga: Pertamedika IHC layani keluhan kesehatan warga terdampak gempa Cianjur
Baca juga: Pemkot Bandarlampung kirim tim relawan kesehatan ke Cianjur
Data dari BNPB Kamis (24/11), ada sekitar 272 korban meninggal, dan angka ini masih terus bertambah. Sekitar 50 persen di antaranya adalah anak-anak.
"Rata-rata karena memang komplikasi dari hasil trauma yang didapatkan dari gempa," ujarnya.
Sedangkan penyakit yang banyak ditemukan saat ini di antaranya Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), fraktur, luka robek, alergi (Urticaria), Myalgia, dyspepsia/gartritis, Asma, Diare, Diabetes hingga Scabies (kudis).
Penyakit di kalangan anak-anak yang terdeteksi di antaranya mengalami Broncho Pneumonia, ISPA, selain trauma seperti patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh.
"Infeksi mulai ada, baik pada anak maupun dewasa yang ditandai dengan demam dan ISPA," katanya.
Adib mengatakan Polri dan Brimob menyediakan tenda darurat dan dapur darurat di RS Bhayangkara. Dapur darurat bisa memasak hingga kapasitas 500 porsi.
Kebutuhan logistik yang dibutuhkan saat ini berupa multivitamin, tensocrepe kecil, tensocrepe sedang, tensocrepe besar, kabel listrik, lampu listrik air bersih PDAM untuk MCK toilet portabel di RS air minum.
Baca juga: Kemenko PMK: Kesehatan pengungsi jadi prioritas
Data dari BNPB Kamis (24/11), ada sekitar 272 korban meninggal, dan angka ini masih terus bertambah. Sekitar 50 persen di antaranya adalah anak-anak.
"Rata-rata karena memang komplikasi dari hasil trauma yang didapatkan dari gempa," ujarnya.
Sedangkan penyakit yang banyak ditemukan saat ini di antaranya Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), fraktur, luka robek, alergi (Urticaria), Myalgia, dyspepsia/gartritis, Asma, Diare, Diabetes hingga Scabies (kudis).
Penyakit di kalangan anak-anak yang terdeteksi di antaranya mengalami Broncho Pneumonia, ISPA, selain trauma seperti patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh.
"Infeksi mulai ada, baik pada anak maupun dewasa yang ditandai dengan demam dan ISPA," katanya.
Adib mengatakan Polri dan Brimob menyediakan tenda darurat dan dapur darurat di RS Bhayangkara. Dapur darurat bisa memasak hingga kapasitas 500 porsi.
Kebutuhan logistik yang dibutuhkan saat ini berupa multivitamin, tensocrepe kecil, tensocrepe sedang, tensocrepe besar, kabel listrik, lampu listrik air bersih PDAM untuk MCK toilet portabel di RS air minum.
Baca juga: Kemenko PMK: Kesehatan pengungsi jadi prioritas
Pewarta: Andi Firdaus/Devy Nindi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022