Para peneliti seperti disiarkan Medical Daily belum lama ini melakukan studi silang menggunakan catatan pasien dari 13.098 orang yang datang ke klinik sekolah gigi pada 1 Januari 2019 hingga 1 Januari 2022
Kebanyakan dari pasien tidak menggunakan vape (99,3 persen), sementara hanya sedikit (0,69 persen) mengaku menggunakan rokok elektrik.
Kemudian, di antara pengguna, 79 persen memiliki risiko yang signifikan terhadap gigi berlubang.
Tim peneliti lalu menghubungkan antara penggunaan vape atau rokok elektrik dan tingkat risiko karies pasien. Mereka menemukan orang yang vaping memiliki risiko lebih tinggi terkena karies gigi.
Karena vaping tampaknya menyebabkan gigi berlubang, pengguna berisiko kehilangan gigi jika tidak ditangani. Beberapa penelitian laboratorium juga menemukan uap dari rokok elektrik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri jahat.
“Jika Anda vaping, ketahuilah ada potensi beberapa efek kesehatan mulut yang merugikan," kata ketua peneliti Dr Karina Irusa.
Menurut dia, seseorang yang menggunakan vape sebaiknya menyebutkan hal ini kepada dokter gigi untuk menyesuaikan rutinitas pencegahan.
Sementara itu, asisten profesor perawatan komprehensif di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Tufts di Boston menjelaskan, bakteri gigi penyebab pembusukan tampaknya menjadi lebih ganas dan agresif saat terpapar uap yang dihasilkan oleh rokok elektrik.
Internis di New York City Jennifer Genuardi, MD, mengatakan bahwa temuan tersebut tidak mengejutkan.
Dia mengatakan bahan yang ditemukan dalam rokok elektrik berkontribusi pada pertumbuhan berlebih bakteri penyebab gigi berlubang di mulut.
Baca juga: Strategi komunikasi spesifik cegah misinformasi tembakau alternatif
Baca juga: Asosiasi: Regulasi berbeda optimalkan potensi tembakau alternatif
Baca juga: Hasil riset jadi sumber informasi akurat produk tembakau alternatif
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022