Lavrov juga mengatakan Barat mendorong Ukraina untuk terus berperang melawan Rusia.
"Penting untuk menghindari bentrokan militer antara kekuatan nuklir, bahkan dengan penggunaan senjata konvensional. Eskalasi mungkin menjadi tidak terkendali," kata Lavrov pada Rabu, seperti dilaporkan kantor berita TASS.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan serangkaian ancaman nuklir terselubung selama perang di Ukraina, tetapi beberapa pejabat tinggi telah berulang kali menyangkal rencana Moskow untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina dan menuduh Barat meningkatkan kemungkinan penggunaan nuklir.
Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, telah memberikan paket dukungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Ukraina untuk mendukung perjuangannya melawan Rusia.
Moskow sebelumnya mengatakan dukungan itu membuat NATO menjadi pihak yang ikut dalam konflik, meskipun kedua belah pihak telah menekankan pentingnya menghindari konfrontasi langsung.
Ukraina bukan anggota NATO, tetapi berusaha untuk bergabung dengan aliansi pertahanan tersebut.
Rusia mengatakan ambisi Ukraina untuk bergabung ke NATO dan perluasan aliansi ke arah timur sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991 merupakan salah satu alasan di balik langkahnya untuk menyerang Kiev pada 24 Februari 2022.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia bantah rencana kembalikan PLTN Zaporizhzhia ke Ukraina
Baca juga: Apakah Putin mengancam akan memakai senjata nuklir?
Baca juga: NATO: Ada 'konsekuensi serius' jika Rusia gunakan nuklir di Ukraina
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022