• Beranda
  • Berita
  • Dolar goyah di sesi Asia karena inflasi surut, fokus ke data pekerjaan

Dolar goyah di sesi Asia karena inflasi surut, fokus ke data pekerjaan

2 Desember 2022 09:38 WIB
Dolar goyah di sesi Asia karena inflasi surut, fokus ke data pekerjaan
Ilustrasi - Pekerja menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Dolar bertahan kuat di awal perdagangan Asia pada Jumat, tetapi berada di dekat posisi terendah 16 minggu terhadap sekeranjang mata uang utama karena data menunjukkan peningkatan belanja konsumen AS pada Oktober menguatkan harapan investor bahwa puncak suku bunga sudah dekat.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya termasuk yen dan euro, naik 0,191 persen pada 104,840 tetapi tidak jauh dari level terendah Kamis (1/12/2022) di 104,56, level terendah sejak 11 Agustus.

Data pada Kamis (1/12/2022) menunjukkan bahwa belanja konsumen AS pada Oktober meningkat pada laju terbesarnya sejak Januari dan pasar tenaga kerja tetap tangguh, dengan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran menurun minggu lalu.

Tanda-tanda terbaru dari ekonomi AS yang kuat datang setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada Rabu (30/11/2022) bahwa sudah waktunya untuk memperlambat kenaikan suku bunga, mencatat bahwa "melambat pada titik ini adalah cara yang baik untuk menyeimbangkan risiko."

Data "memperkuat pandangan pasar bahwa FOMC semakin dekat ke akhir siklus pengetatan moneternya" dan itu telah membebani dolar AS, kata Carol Kong, ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia.

Investor sekarang mengalihkan perhatian mereka ke data penggajian non-pertanian (NFP) pada Jumat untuk petunjuk tentang bagaimana kenaikan suku bunga telah mempengaruhi pasar tenaga kerja.

"Dalam waktu dekat, pasar mata uang akan didorong oleh laporan penggajian AS dan mengingat pasar memantau dengan cermat tanda-tanda perubahan arah FOMC dan laporan yang lebih lemah hari ini akan membebani dolar," tambah Kong.

Prospek Fed memperlambat laju pengetatan moneter telah meremajakan sentimen investor dan mengirim dolar jatuh setelah empat kali kenaikan 75 basis poin berturut-turut yang memicu sebagian besar kenaikan greenback tahun ini.

Pedagang berjangka sekarang memperkirakan suku bunga acuan Fed mencapai puncaknya di 4,87 persen pada Mei, naik dari 3,83 persen dari sekarang. Pedagang telah memperkirakan untuk puncak lebih dari 5,0 persen sebelum komentar Powell pada Rabu (30/11/2022).

Sementara itu, dolar diperdagangkan 0,05 persen lebih rendah pada 135,25 yen, setelah tergelincir ke level 135,045 yen sebelumnya - terendah sejak 18 Agustus.

Euro turun 0,1 persen menjadi 1,0512 dolar, setelah naik 1,0 persen semalam, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2237 dolar, turun 0,13 persen. Pound menguat 1,7 persen semalam dan menyentuh level tertinggi 5 bulan di 1,2311 dolar.

Baca juga: Dolar AS jatuh terseret data inflasi yang moderat

Baca juga: Saham Asia naik, dolar melemah seiring melambatnya kenaikan suku bunga

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022