Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menyampaikan hasil survei konsumen pada November 2022 yang menunjukkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi semakin kuat.Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada enam bulan ke depan akan lebih baik,
Deputi Direktur Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Nurcahyo Heru Prasetyo di Palembang, Jumat, mengatakan, penilaian ini berdasarkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
“Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada enam bulan ke depan akan lebih baik,” kata dia.
Baca juga: Gubernur BI: Jaga capaian positif ekonomi RI di tengah risiko global
Masyarakat menilai kondisi baik ini ditinjau dari aspek kegiatan usaha, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja di tengah peningkatan mobilitas dan pelonggaran kebijakan pembatasan.
Secara keseluruhan pada 2022, inflasi Sumsel diperkirakan lebih tinggi dari 2021, namun masih terkendali.
BI sebagai Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Selatan akan terus bersinergi dengan TPIP maupun TPID kabupaten/kota untuk melakukan pengendalian inflasi berpedoman pada strategi pengendalian inflasi 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif) serta 7 program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Ke depan, berbagai program pengendalian inflasi lainnya akan terus dilakukan seperti perluasan kerja sama antar daerah (KAD) untuk komoditas pangan, koordinasi yang efektif antar TPID di wilayah Sumatera Selatan melalui pelaksanaan High Level Meeting (HLM) TPID.
Kemudian, optimalisasi anggaran pemerintah daerah untuk program pengendalian inflasi seperti penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan penyaluran subsidi untuk sektor transportasi.
Baca juga: Sri Mulyani: Pandemi hingga geopolitik tekan pemulihan ekonomi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan pada November 2022 mengalami deflasi sebesar -0,06 persen (mtm), di mana pada bulan sebelumnya juga tercatat deflasi sebesar -0,10 persen (mtm).
Perkembangan ini terutama bersumber dari deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar -0,20 persen (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK November 2022 tercatat sebesar 5,87 persen (yoy), sementara inflasi nasional dan regional Sumatera masing-masing tercatat sebesar 5,42 persen (yoy) dan 5,67 persen (yoy).
Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar -0,20 persen (mtm) dengan andil sebesar -0,06 persen (mtm).
Deflasi didorong oleh penurunan harga pada beberapa komoditas subkelompok makanan, minuman dan tembakau yaitu cabai merah dengan andil -0,175 persen (mtm), bawang putih dengan andil -0,019 persen (mtm), ikan mujair dengan andil -0,013 persen (mtm) dan cabai rawit dengan andil -0,013 persen (mtm).
Baca juga: KSP: RI kendalikan inflasi pangan di tengah gejolak harga global
Penurunan harga pada cabai merah dan cabai rawit terutama didorong oleh adanya peningkatan pasokan seiring dengan masih berlangsungnya musim panen di daerah sentra produksi.
Selain itu, deflasi yang lebih dalam juga didorong oleh penurunan harga pada komoditas angkutan udara dengan andil sebesar -0,041 persen (mtm).
Penurunan harga angkutan udara seiring dengan berlanjutnya kebijakan relaksasi biaya pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat udara (PJP4U) di bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan dan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi terhadap angkutan darat yang menurun.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022