• Beranda
  • Berita
  • Perkumpulan Giga Indonesia tolak utusan AS kampanyekan LGBTQI+

Perkumpulan Giga Indonesia tolak utusan AS kampanyekan LGBTQI+

4 Desember 2022 15:29 WIB
Perkumpulan Giga Indonesia tolak utusan AS kampanyekan LGBTQI+
Ketua GIGA Indonesia Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si (ANTARA/Foto: dok pribadi)

dengan tegas Giga Indonesia menyatakan menolak kehadiran utusan tersebut

Perkumpulan Penggiat Keluarga (Giga) Indonesia keberatan dan menolak rencana kunjungan Jessica Stern utusan khusus Amerika Serikat ke Indonesia pada 7-9 Desember 2022.

Jessica Stern berencana mengunjungi Indonesia dalam rangka kampanye memajukan hak asasi manusia (HAM) kaum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer dan Intersex (LGBTQI+).

"Sehubungan dengan kedatangan Jessica Stern sebagai utusan khusus Amerika Serikat untuk memajukan Hak Asasi Manusia LGBTQI+ pada 7 sampai 9 Desember 2022 ke Indonesia dengan tegas Giga Indonesia menyatakan menolak kehadiran utusan tersebut," ujar Ketua Giga Indonesia Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si di Depok, Jawa Barat, Minggu

Walaupun disusul informasi pembatalan kunjungan tersebut, namun Giga Indonesia tetap memandang penting untuk menyuarakan pandangan dan pemikiran, karena promosi LGBTIQ ini bersifat sistematis dan terstruktur.

Alasan Giga Indonesia melakukan penolakan di antaranya pertama LGBTQI+ dilandasi oleh gerakan kebebasan orientasi seksual, identitas, dan ekspresi gender (SOGIE: Sex Orientation and Gender Identity and Expression).

Sebuah gerakan dengan menggunakan dalih bahwa merupakan HAM untuk memilih homoseksual dan biseksual sebagai orientasi seksual individu dan hak individu untuk memilih transgender sebagai indentitas dan ekspresi gender. Hal ini bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Baca juga: GiGa Indonesia soroti Tik Tok yang ciptakan ketelanjangan sosial

Baca juga: Ahli IPB: Ketahanan keluarga butuh harmonisasi maskulinitas-feminitas


Kedua, LGBTQI+ merupakan perilaku seksual menyimpang yang mengancam ketahanan keluarga Indonesia yang religius, harmonis dan hirarkis. Berdasarkan laporan perkembangan HIV AIDS & PIMS di Indonesia, pada periode Januari-Maret 2021, jumlah kumulatif ODHA ditemukan (kasus HIV) sebanyak 427.201 orang, sedangkan jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 131.417.

Sebagian besarnya adalah kelompok umur 25 – 49 tahun (71,3 persen), berjenis kelamin laki-laki (69 persen), dimana sebanyak 27,2 persen adalah pelaku penyimpangan seksual yaitu LSL (26,3 persen) dan waria (0,9 persen). Keluarga menjadi pihak yang paling terkena dampak ODHA dan perilaku seksual menyimpang.

Ketiga, Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat sehingga tidak bisa diintervensi oleh negara asing dalam segala bentuknya, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Hal ini sejalan dengan isi pasal 28 (J) UUD 1945 tentang HAM bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan serta ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Menurut Euis Sunarti, keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional.

Oleh sebab itu, perlindungan terhadap keluarga dari segala bentuk ancaman menjadi hal yang utama agar keluarga sejahtera dan melahirkan sumber daya yang efektif bagi pembangunan Indonesia.

Giga Indonesia merupakan wadah berhimpunnya atau berjejaringnya para pihak yang peduli dan ingin berpartisipasi dalam pembangunan keluarga. Visi Giga Indonesia yakni membangun ketahanan keluarga untuk mencapai keluarga sejahtera dan berkualitas.

Baca juga: Kemlu belum dapat konfirmasi kunjungan utusan khusus AS untuk LGBT

Baca juga: Pemkot Depok kuatkan fungsi dan ketahanan keluarga cegah LGBT

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022