• Beranda
  • Berita
  • Dosen Unpad kembangkan model rantai pasok pangan situasi kebencanaan

Dosen Unpad kembangkan model rantai pasok pangan situasi kebencanaan

4 Desember 2022 21:19 WIB
Dosen Unpad kembangkan model rantai pasok pangan situasi kebencanaan
Tangkapan Layar. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Tommy Perdana, SP. MM, dalam siniar HardTalk, Hasil Riset & Inovasi Unpad "Menjaga Rantai Pasok Makanan saat Bencana". (ANTARA/Ajat Sudrajat)

riset ini berfokus pada analisis desain jaringan pasokan pangan dalam situasi bencana alam dengan menggunakan optimalisasi melalui simulasi.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad)  Dr.Tommy Perdana,SP,MM mengembangkan model rantai pasok pangan dan logistik dalam situasi kebencanaan di Indonesia.
 
"Potensi kebencanaan Indonesia memicu saya mengembangkan riset dalam bidang food supply chain dan logistik pangan dalam situasi bencana khususnya di Indonesia," kata Dr Tommy Perdana dalam siniar HardTalk, Hasil Riset & Inovasi Unpad "Menjaga Rantai Pasok Makanan saat Bencana", Minggu.
 
Tommy menuturkan riset ini sangat strategis mengingat Indonesia itu layaknya “supermarket bencana alam” yang memerlukan antisipasi dari berbagai aspek terkait.
 
Ia mengatakan berawal dari multi metodologi yang mengarah ke pendekatan sistem, riset ini berkembang sehingga mampu mengkombinasikan pendekatan sistem.
 
“Semacam simulasi dengan action riset atau participatory system approach dan keikutsertaan peran big data analytics,” kata dia.
 
Dia menuturkan, riset ini berfokus pada analisis desain jaringan pasokan pangan dalam situasi bencana alam dengan menggunakan optimalisasi melalui simulasi.
 
Tim riset yang dipimpin Tommy berhasil memetakan tahap perencanaan, alokasi anggaran, serta bahan makanan prioritas.
 
“Misalnya, bahan makanan prioritas adalah beras dari mitra industri Bulog sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Alokasi anggaran beras itu nantinya harus berdasarkan tiga hal, yakni tujuan efisiensi biaya, jumlah kuantitas yang terpenuhi akan kebutuhan beras (indikator service levelnya harus seratus persen), dan yang terakhir mengenai waste (harus diminimalisir jumlah sampahnya jangan sampai menumpuk),” kata Tommy.
 
Selain mencakup unsur penting ketahanan pangan dan kebencanaan, lanjut Tommy, riset ini juga berupaya menuntaskan permasalahan dan konflik bantuan sosial yang selalu stuck di tengah jalan sebelum berhasil didistribusikan kepada masyarakat.
 
“Hal ini merujuk pada proses pengembangan food safety dan trust ability system,” kata dia.
 
Tantangan

Hasil riset berupa artikel bertema food supply chain di tengah situasi kebencanaan Indonesia telah dipublikasikan pada sejumlah jurnal ilmiah.
 
Tommy menjelaskan selanjutnya publikasi hasil riset ini didistribusikan dan diperkenalkan kepada stakeholder terkait, salah satunya BNPB.
 
“Kemudian dikembangkan kembali dan mendapatkan masukkan dari pihak BNPB,” kata dia.
 
Dia mengakui tantangan terbesar dari implementasi riset ini akan mulai nampak ketika opsi pendistribusian jurnal kepada para pemangku kepentingan dirasa belum sepenuhnya efektif.
 
Mengantisipasi hal ini, Tommy dan tim berusaha mengembangkan riset melalui perantara policy brief. Policy brief ini berupa bentuk singkat dari hasil riset dan kajian yang sudah dilalui.
 
“Apabila pemerintah pusat maupun daerah mampu membuat kebijakan baru mengenai kebencanaan dan ketahanan pangan, pemerintah pusat maupun daerah setidaknya sudah mempunyai evidence based policy,” katanya.
 
Intinya, Tommy tak ingin pemerintah pusat maupun daerah dinilai sembrono membuat kebijakan baru tanpa adanya landasan yang kuat.
 
Hal ini demi menopang keberlanjutan eksistensi pangan di tengah peristiwa kebencanaan yang terus terjadi tak mengenal waktu dan batas tertentu.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022