Dengan imbal hasil jangka panjang Jepang yang dipatok oleh bank sentral mendekati nol, yen turun karena imbal hasil obligasi Pemerintah AS jangka panjang naik dari posisi terendah tiga bulan.
Sementara itu yuan melayang mendekati level tertinggi hampir tiga bulan setelah China mengungkapkan pelonggaran pembatasan COVID yang mencekik.
Indeks dolar AS - yang mengukur greenback versus enam mata uang lainnya - naik 0,19 persen menjadi 105,33 di sesi Asia, memantul setelah penurunan 0,42 persen semalam, penurunan pertama sejak Jumat.
Sementara investor telah mengantisipasi Fed akan segera memperlambat laju pengetatannya, data ketenagakerjaan, jasa-jasa dan pabrik AS yang positif baru-baru ini telah menambah ketidakpastian investor atas prospek kebijakan.
Pasar uang memperkirakan peluang 91 persen bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan kebijakan akan menaikkan suku bunga setengah poin pada 14 Desember, dengan probabilitas hanya 9,0 persen untuk kenaikan 75 basis poin lainnya. Suku bunga sekarang diperkirakan memuncak tepat di bawah 5,0 persen pada Mei.
Baca juga: Dolar naik tipis, prospek pertumbuhan yang kian gelap rusak sentimen
Pembuat kebijakan The Fed akan mendapatkan keuntungan dengan melihat data inflasi konsumen terbaru sehari sebelum keputusan.
"Ketidakpastian tentang prospek inflasi menunjukkan risiko tetap tinggi bahwa FOMC akan mempertahankan kebijakan pada tingkat restriktif lebih lama dan pada gilirannya menyeret ekonomi ke dalam penurunan yang lebih dalam," tulis Ahli Strategi Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, dalam sebuah catatan klien.
"FOMC dapat menurunkan laju kenaikan suku bunga menjadi 50 basis poin minggu depan, tetapi kecuali inflasi melambat secara konsisten, risiko kenaikan terhadap kebijakan FOMC tetap ada."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang jatuh ke level terendah hampir tiga bulan di 3,402 persen semalam, tetapi bangkit kembali ke sekitar 3,46 persen di Tokyo.
Pasangan dolar-yen, yang sangat sensitif terhadap imbal hasil AS, melonjak 0,37 persen menjadi 137,06 menyusul depresiasi 0,34 persen semalam. Namun secara lebih luas, pasangan ini melanjutkan konsolidasinya setelah merosot ke level terendah sejak pertengahan Agustus pekan lalu di 133,62.
Di front politik AS, Partai Demokrat memperkuat mayoritas tipis mereka di senat setelah kemenangan tipis petahana Raphael Warnock di Georgia atas mantan bintang sepak bola Herschel Walker yang didukung Donald Trump, meskipun dampaknya terhadap dolar terbatas.
Baca juga: Dolar bertahan kuat, dipicu taruhan Fed hawkish & Aussie terkerek RBA
"Saya pikir katalis utama dolar akan tetap seperti apa yang dilakukan Fed, karena Kongres tampaknya masih akan terbelah setelah pemilihan presiden 2024, kecuali Partai Republik entah bagaimana menyatukan tindakan mereka dan memiliki gelombang merah yang sangat kuat, tetapi itu sepertinya tidak akan terjadi," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
Euro datar di 1,0505 dolar, sementara sterling turun 0,18 persen menjadi 1,2190 dolar.
Euro telah meningkat baru-baru ini di tengah tanda-tanda bahwa penurunan ekonomi Eropa mungkin tidak seburuk yang dikhawatirkan sebelumnya. Bank Sentral Eropa akan meninjau kebijakan pada 15 Desember. Bank sentral Inggris akan menetapkan kebijakan pada hari yang sama.
Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko sedikit berkurang, dengan Aussie turun 0,16 persen pada 0,67145 dolar dan kiwi turun 0,06 persen pada 0,6353 dolar. Mata uang masing-masing naik 0,56 persen dan 0,61 persen semalam.
Dolar AS naik 0,1 persen menjadi 6,9670 yuan dalam perdagangan luar negeri, menahan sebagian dari penurunan 0,34 persen dari Rabu (7/12/2022), ketika pemerintah China mengumumkan pelonggaran beberapa tindakan COVID-19 yang telah menghambat perekonomian dengan buruk.
Baca juga: Dolar menguat di Asia, selera pasar turun atas aset berisiko
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022