Dokter spesialis saraf RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Arfan Mappalilu menjelaskan bahwa pengobatan yang tidak tepat terhadap pasien HIV/AIDS berpotensi menyebabkan komplikasi pada sistem saraf, baik saraf pusat maupun perifer.
Dalam diskusi virtual Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diikuti dari Jakarta, Jumat, dr. Arfan mengatakan bahwa infeksi HIV tidak hanya dapat berdampak pada organ tubuh, tetapi juga sistem saraf baik sarat pusat seperti otak maupun sistem saraf perifer atau yang dikenal sebagai neuro HIV.
"Sekitar 40 persen orang yang terkena HIV itu ujung-ujungnya kalau pengobatannya tidak tepat, tidak benar, itu bisa terjadi komplikasi ke sarafnya, baik saraf pusat maupun perifer," katanya.
Baca juga: Dokter: HIV dapat berdampak pada sistem saraf penderita
Dia menjelaskan bahwa infeksi HIV biasanya tidak langsung menyerang sistem saraf, tetapi mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh yang menyebabkan berpotensi masuknya virus, kuman atau bakteri ke dalam tubuh. Termasuk yang dapat menyerang sistem saraf seperti toksoplasma.
Arfan mengatakan yang paling banyak ditemukan pada pasien terinfeksi HIV yang mengalami neuro HIV adalah kuman TB dan toksoplasma. Dalam jumlah sedikit terdapat pula yang terinfeksi jamur dan virus herpes simplex virus (HSV).
Beberapa gejala ringan seperti yang menyerang sistem saraf perifer terjadi dalam bentuk sering merasakan kebas. Sementara yang parah dapat menyerang sistem saraf pusat di otak.
Baca juga: Dokter sebut HIV pada anak sering tak timbulkan gejala khas
"Makin kesadarannya rendah waktu masuk dirawat itu kemungkinan survive makin kecil," katanya.
Sebelumnya, dalam peringatan Hari AIDS Sedunia 2022 setiap 1 Desember, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu menyoroti kasus HIV yang mulai didominasi usia muda.
"Jadi, dulu yang muda itu kecenderungan karena jarum suntik, tetapi sekarang karena sudah hubungan seksual. Ini adalah tanda awas bagi kita," kata Dirjen P2P Maxi pada Kamis (1/12).
Baca juga: Dokter sebut makan bersama tidak tularkan HIV
Data terbaru Kemenkes menunjukkan sekitar 51 persen kasus HIV baru yang terdeteksi diidap oleh remaja. Berdasarkan data modeling AEM, pada 2021 diperkirakan sekitar 526.841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus.
Data Kemenkes juga menunjukkan sekitar 12. 533 kasus HIV dialami oleh anak usia 12 tahun ke bawah.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022