Rois Syuriah PBNU Profesor Dr KH Zainal Abidin mengharapkan Kantor Berita Indonesia ANTARA menjadi media yang menyebarluaskan informasi-informasi humanis untuk menyatukan umat di Tanah Air.ANTARA memiliki tanggung jawab untuk merawat persatuan dan kesatuan
"Sebagai kantor berita milik negara, ANTARA memiliki tanggung jawab untuk merawat persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI di tengah kemajemukan bangsa," ucap KH Zainal Abidin, di Palu, Selasa, seiring dengan HUT Ke 85 Tahun Perum LKBN ANTARA.
Zainal yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah mengatakan tanggung jawab yang dimiliki oleh ANTARA untuk merawat persatuan dan kesatuan bangsa, sejalan dengan tema yang diusung oleh ANTARA pada HUT Ke 85 tahun yaitu "menyentuh nusantara, merawat pertiwi".
Ia mengatakan bahwa perbedaan suku, bahasa dan agama yang ada pada bangsa ini, merupakan kehendak atau ketetapan Tuhan.
"Artinya bahwa perbedaan itu adalah sunnatullah atau ketetapan Tuhan," ujarnya.
Baca juga: Akademisi sebut ANTARA berperan sebarkan informasi yang mencerahkan
Baca juga: Pakar harapkan ANTARA perkuat peran sebagai penangkal hoaks
Ia menegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk berbuat kekerasan kepada pemeluk agama lain, hanya karena perbedaan keyakinan.
"Agama mengajarkan tentang kebaikan, mengajarkan tentang cinta kasih dan sayang kepada sesama manusia," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan tidak ada konflik agama, sebab agama tidak mengajarkan untuk berkonflik atau berbuat kekerasan. Sebaliknya, yang terjadi ialah konflik atau pertikaian yang mengatasnamakan agama.
Ia menyebut bahwa, kelompok gerakan garis keras terus menggencarkan faham intoleransi, radikalisme dan terorisme lewat dunia maya.
Berdasarkan survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tahun 2017 - 2018, dengan skor 42,58 dari rentang 0 - 100 atau kategori sedang.
Baca juga: Guru Besar: ANTARA harus gencar sebarkan informasi yang mencerahkan
Ia menegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk berbuat kekerasan kepada pemeluk agama lain, hanya karena perbedaan keyakinan.
"Agama mengajarkan tentang kebaikan, mengajarkan tentang cinta kasih dan sayang kepada sesama manusia," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan tidak ada konflik agama, sebab agama tidak mengajarkan untuk berkonflik atau berbuat kekerasan. Sebaliknya, yang terjadi ialah konflik atau pertikaian yang mengatasnamakan agama.
Ia menyebut bahwa, kelompok gerakan garis keras terus menggencarkan faham intoleransi, radikalisme dan terorisme lewat dunia maya.
Berdasarkan survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tahun 2017 - 2018, dengan skor 42,58 dari rentang 0 - 100 atau kategori sedang.
Baca juga: Guru Besar: ANTARA harus gencar sebarkan informasi yang mencerahkan
Baca juga: Anggota DPR minta ANTARA jadi media mencerdaskan masyarakat
Sementara data penanganan konten radikalisme dan terorisme dari Kementerian Kominfo tahun 2017 sampai dengan Maret 2019 sudah berjumlah 13.032 konten.
Selanjutnya, hasil survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan BNPT tahun 2019, pengguna media sosial dalam mencari informasi mengenai agama termasuk tinggi dengan skor 39,89, dalam internalisasi kearifan lokal termasuk pemahaman agama.
Maka, kata dia, ANTARA sebagai kantor berita milik negara harus mampu menyajikan informasi yang edukatif kepada masyarakat mengenai hal itu.
Oleh karena itu, menurut dia, ANTARA harus menyajikan narasi kontra intoleransi dan radikalisme dan informasi-informasi yang memuat tentang isu primordial dan isu SARA.
Ia menambahkan, lewat kekuatan sistem digital yang dimiliki oleh ANTARA, harus mampu menyajikan informasi yang berdampak pada pembangunan kebersamaan dan solidaritas untuk secara bersama melawan tumbuh dan berkembangnya gerakan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Baca juga: Penasihat PBNU: Terorisme dan radikalisme jadi tantangan di era 4.0
Baca juga: PPP: Pintu masuk terorisme adalah paham keagamaan intoleran
Sementara data penanganan konten radikalisme dan terorisme dari Kementerian Kominfo tahun 2017 sampai dengan Maret 2019 sudah berjumlah 13.032 konten.
Selanjutnya, hasil survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan BNPT tahun 2019, pengguna media sosial dalam mencari informasi mengenai agama termasuk tinggi dengan skor 39,89, dalam internalisasi kearifan lokal termasuk pemahaman agama.
Maka, kata dia, ANTARA sebagai kantor berita milik negara harus mampu menyajikan informasi yang edukatif kepada masyarakat mengenai hal itu.
Oleh karena itu, menurut dia, ANTARA harus menyajikan narasi kontra intoleransi dan radikalisme dan informasi-informasi yang memuat tentang isu primordial dan isu SARA.
Ia menambahkan, lewat kekuatan sistem digital yang dimiliki oleh ANTARA, harus mampu menyajikan informasi yang berdampak pada pembangunan kebersamaan dan solidaritas untuk secara bersama melawan tumbuh dan berkembangnya gerakan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Baca juga: Penasihat PBNU: Terorisme dan radikalisme jadi tantangan di era 4.0
Baca juga: PPP: Pintu masuk terorisme adalah paham keagamaan intoleran
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022