Negara-negara Kelompok Tujuh, Uni Eropa dan Australia menerapkan batas harga pada kargo lintas laut minyak Rusia pada 5 Desember, menetapkan pada harga 60 dolar ( Rp933 ribu) per barel sebagai bagian dari sanksi yang bertujuan untuk menghukum Rusia atas invasi ke Ukraina.
Sanksi tersebut termasuk larangan EU atas impor minyak Rusia melalui laut dan larangan AS atas impor energi Rusia.
"Sejauh ini kami melihat dengan tepat apa yang ingin kami lihat," kata Hochstein dalam konferensi Bank Ekspor-Impor AS.
Dia mengatakan dia berbicara pada Selasa pagi dengan kepala eksekutif "salah satu tempat perdagangan minyak mentah terbesar" yang mengatakan kepadanya bahwa mereka telah mulai memperdagangkan minyak mentah di bawah batas harga.
Hochstein tidak merinci diskusi itu lebih lanjut.
Rusia, pengekspor bahan bakar fosil terbesar di dunia, dapat memangkas produksi minyak dan akan menolak untuk menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan batas harga "bodoh" Barat, kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada 9 Desember.
Ancaman tersebut membuat sebagian pelaku pasar khawatir harga bisa melonjak jika ada pemotongan. Tetapi karena rencana batas harga sedang dirumuskan, Rusia telah meningkatkan ekspor ke negara-negara seperti India dan China yang belum menyetujui rencana batas harga, yang membuat minyak terus mengalir ke pasar.
Departemen Keuangan AS telah mengatakan bahwa batasan itu "melembagakan" diskon harga minyak Rusia yang telah dinikmati pembeli tersebut tahun ini.
G7 akan menyesuaikan level batas harga saat kondisi pasar berubah.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia pertimbangkan 3 opsi, lawan pembatasan harga minyak oleh Barat
Baca juga: Produksi minyak Rusia Januari-November naik jelang larangan UE
Baca juga: Minyak naik setelah pembatasan harga minyak Rusia dan pertemuan OPEC+
Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022