Pengunjuk rasa Serbia di Kosovo utara telah memblokir jalanan utama dan terlibat baku tembak dengan polisi setelah penangkapan seorang mantan polisi Serbia atas dugaan menyerang institusi dan pejabat Kosovo selama ketegangan meningkat antara otoritas dan minoritas Serbia di Kosovo.
Sekitar 50.000 warga Serbia yang tinggal di bagian utara Kosovo menolak mengakui otoritas Pristina dan ingin bergabung dengan Serbia.
Hari Selasa menandai hari keempat blokade dan para pengunjuk rasa tidak menunjukkan tanda-tanda mereka akan memindahkan truk berisi kerikil dan alat berat lainnya dari jalanan utama.
Setelah bertemu dengan Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti, utusan AS untuk negara-negara Balkan Gabriel Escobar mengatakan dirinya meminta "semua orang untuk tetap tenang," dan menyatakan perlunya dialog yang berkelanjutan.
Baca juga: Serbia dan Kosovo gagal capai kesepakatan
Kosovo mendeklarasikan diri dari Serbia pada 2008 tetapi Beograd menolak untuk mengakui kenegaraannya.
Namun, Uni Eropa sedang mengajukan perundingan untuk menormalkan hubungan dan Brussel telah mengajukan rencana.
"Saya tidak berpikir kita mampu (untuk) hanya menunggu sesuatu yang buruk terjadi," kata utusan UE untuk dialog Pristina-Belgrade, Miroslav Lajcak, setelah bertemu Kurti bersama dengan Escobar.
"Bagi saya, cara yang lebih baik untuk menghilangkan barikade adalah hasil kesepakatan politik dibandingkan dengan buldoser," kata Lajcak.
Pada Selasa, tentara NATO dan petugas kepolisian Uni Eropa dengan kendaraan lapis baja berpatroli di dekat penghalang jalan di Desa Rudare dekat Kota Mitrovica.
Sementara, di sisi lain barikade warga Serbia setempat membakar kayu agar tetap hangat saat suhu mencapai di bawah nol dengan salju yang tersebar di mana-mana.
Sumber: Reuters
Baca juga: Serbia nyatakan gunakan jalur "alternatif" untuk pasok Kosovo Utara
Baca juga: Indonesia dukung kedaulatan Serbia dalam konflik dengan Kosovo
Baca juga: Pertemuan puncak Balkan desak dialog Serbia-Kosovo
Pewarta: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022