Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo di Jakarta, Sabtu, mengatakan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk meningkatkan kewaspadaan di saat terjadinya krisis pangan global.
"Kita juga mesti berhati-hati dan tidak lengah dalam menyediakan pangan dalam negeri secara mandiri," ujarnya dalam Harmonisasi Dan Refleksi Kinerja Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Tahun 2022.
Oleh karena itu, lanjutnya, Kementan terus memacu peningkatan produksi dengan strategi yang lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya, salah satunya dengan penerapan teknologi pertanian.
"Pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. Untuk itu, Kementerian Pertanian berinisiatif menggenjot produktivitas pertanian dengan meluncurkan Revolusi Industri 4.0 di bidang pertanian untuk menjawab tantangan," kata Mentan di hadapan pemimpin daerah serta jajaran Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan.
Syarul menyatakan modernisasi teknologi dunia berkembang sangat cepat, termasuk di bidang pertanian. Pengembangan pertanian moderen lebih lanjut saat ini menuju kepada model pertanian cerdas (smart farming).
Menurut Mentan, dalam konteks pengembangan sesuai amanat Perpres 18/2020 tentang RPJMN 2020 2024, Bappenas menjabarkan secara spesifik program pertanian cerdas (smart farming) ini dengan istilah Pertanian Presisi.
"Pertanian Cerdas atau Pertanian Presisi ini merupakan sebuah mekanisme pengelolaan lahan pertanian menjadi jauh lebih produktif dan efisien melalui keterlibatan teknologi informasi," ujarnya.
Pertanian presisi melibatkan beberapa sistem pertanian modern yaitu sistem mekanisasi, otomatisasi kontrol, kegiatan monitoring dengan pemanfaatan big data sampai dengan teknologi internet of things (IoT) serta machine learning.
Strategi untuk pengembangan pertanian modern yang dilakukan Kementerian Pertanian, lanjutnya, adalah dengan meningkatkan level teknologi dari kondisi existing secara selektif dan spesifik.
Dirjen PSP Kementan, Ali Jamil, mengatakan pembangunan pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern merupakan langkah terobosan yang sangat relevan untuk memecahkan, mengatasi sekaligus menjadi solusi dari kompleksnya permasalahan maupun tantangan yang dihadapi.
"Untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern memerlukan dukungan penyediaan prasarana dan sarana pertanian (Prasatani) untuk kelancaran dan keberhasilan kegiatannya," terangnya.
Ali menambahkan, pembangunan Prasatani yang selama ini parsial, perlu disesuaikan menjadi terintegrasi dan berbasis kawasan pertanian dengan empat prinsip keterpaduan.
"Yaitu keterpaduan teknologi produksi, keterpaduan jenis prasarana dan sarana, keterpaduan SDM dan lembaga pengelola, serta keterpaduan kegiatan dalam penyediaan dan pengelolaan," katanya
Terkait kinerja Prasarana dan Sarana Pertanian, Ali menyebutkan hingga 15 Desember 2022 kegiatan RJIT mencapai 3.827 unit, Irigasi Perpompaan 297 unit, Irigasi Perpipaan 146 unit, Embung/Dam Parit/Long Storage 396 unit, Bangunan Konservasi Air dan Anomali Iklim 396 unit, Optimasi Lahan Rawa 10.623,15 Ha, Optimasi Lahan Kering 9.931 Ha.
Sementara Ekstensifikasi 934,72 Ha, Intensifikasi 4.707 Ha, JUT 846 unit, Alsintan (TR-4 730 unit, TR-2 5.000 unit, Pompa Air 3.718 unit, Hand Sprayer 8.006 unit, Alat Tanam Jagung Dorong 1.754 unit, Cultivator 2.240 unit), UPPO 991 unit, AUTP 250.511 Ha, AUTS 58.251 Ekor, Pupuk Bersubsidi 7.082.147 Ton, 67.956 Liter, KUR Rp 108,196,898,986,434.
"Capaian tersebut tidak terlepas dari dukungan stakeholder (Pemerintah Daerah, BUMN, Asosiasi) sehingga pada kesempatan ini Ditjen PSP menyelenggarakan kegiatan Harmonisasi dan Refleksi Kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian," katanya.
Baca juga: Kementan mengajak investor Korea kelola holrtikultura Sulbar
Baca juga: Mantan Dirjen Hortikultura Kementan dituntut 5,5 tahun penjara
Baca juga: Menteri Pertanian ajak generasi muda berantas korupsi & jaga pangan
Pewarta: Subagyo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022