Mata uang AS terangkat 0,13 persen menjadi 133,685 yen di perdagangan Asia, dan sebelumnya menyentuh 133,95 untuk pertama kalinya sejak 20 Desember, ketika bank sentral Jepang (BoJ) membuat pasangan ini melemah karena pelonggaran tak terduga dari pita kebijakan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10 tahun.
Greenback turun serendah 130,58 yen hari itu untuk pertama kalinya sejak awal Agustus karena para pedagang berspekulasi tentang berakhirnya stimulus BoJ.
Rangkuman pendapat dari pertemuan tersebut, yang dirilis Rabu, menunjukkan para pembuat kebijakan membahas prospek yang berkembang di negara itu untuk melihat pertumbuhan upah yang lebih tinggi dan inflasi yang berkelanjutan tahun depan.
Baca juga: Produksi pabrik Jepang November turun karena permintaan global melemah
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya termasuk yen dan euro, bertambah 0,07 persen menjadi 104,28 melanjutkan konsolidasi setelah meluncur ke level terendah sejak pertengahan Juni di 103,44 pada 14 Desember, hari ketika Federal Reserve memperlambat kenaikan suku bunga menjadi setengah poin.
Pejabat The Fed termasuk Ketua Jerome Powell telah menekankan sejak saat itu bahwa pengetatan kebijakan akan diperpanjang, dengan suku bunga terminal yang lebih tinggi, memicu kekhawatiran perlambatan AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun, yang cenderung berkorelasi tinggi dengan pasangan dolar-yen, berada di 3,843 persen di Tokyo, tidak jauh dari tertinggi 1,5 bulan di 3,862 persen yang dicapai semalam.
"Dolar berada dalam situasi yang sangat menarik," kata Manajer Cabang State Street, Bart Wakabayashi, di Tokyo.
Baca juga: Dolar cenderung datar, dipicu pelonggaran aturan COVID di China
"Jika kita mengalami resesi di AS, The Fed harus memangkas suku bunga, dan jelas Anda ingin menjual dolar," katanya. "Pada saat yang sama, jika ada resesi global, orang akan membeli dolar sebagai tempat aman. Jadi dolar berada dalam sedikit teka-teki, dan Anda harus benar-benar berhati-hati dengan mata uang apa yang Anda beli atau jual."
Euro datar di 1,0640 dolar, mengikuti gerakan menyamping selama dua minggu terakhir, tepat di bawah tertinggi enam bulan di 1,0737 dolar yang dicapai pada 15 Desember, ketika Presiden Bank Sentral Eropa (BOE) Christine Lagarde menekankan kenaikan suku bunga perlu dilanjutkan.
Sterling turun 0,06 persen menjadi 1,2024 dolar, ketika terus melayang tepat di atas level terendahnya untuk bulan ini di 1,1993 dolar, yang dicapai pada 22 Desember.
Dolar Australia datar di 0,6733 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru bertambah 0,09 persen menjadi 0,6279 dolar AS.
Baca juga: Dolar jatuh karena selera risiko meningkat, Aussie dan Kiwi melonjak
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022