Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI berkoordinasi dengan TNI AU, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memodifikasi cuaca untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi di akhir tahun 2022.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, koordinasi dalam Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) ini juga merupakan tanggapan serta upaya kewaspadaan dan kesiapsiagaan atas prediksi BMKG yang menyebut adanya potensi cuaca ekstrem di Jakarta pada periode 25 Desember 2022-1 Januari 2023.
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan TNI AU dan BRIN, terdapat dua pola penanganan untuk TMC. Pertama, dengan 'jumping process' atau memprematurkan awan hujan untuk dicegat masuk ke wilayah Jakarta sehingga menjadi luruh dan hujan yang terjadi hanya sekedar gerimis," ujar Isnawa Adji dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Kedua, pola kompetisi, yakni membakar bahan semaian garam dan mengganggu pertumbuhan awan dengan cara menambah inti kondensasi.
Baca juga: SDA DKI siagakan 461 pompa keliling antisipasi dampak cuaca ekstrem
TMC, kata Isnawa, hanya akan efektif dilakukan mulai pagi hari hingga sekitar pukul 17.00 WIB dengan hasil efektif akan terjadi dalam empat sampai 15 jam kemudian.
TMC dapat disiapkan untuk dilaksanakan di Jakarta, apabila sudah ada penetapan status siaga darurat oleh kepala daerah.
Terhadap hal ini, BNPB menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan TMC yang dibantu oleh TNI AU, BRIN dan BMKG.
"Pada prinsipnya, Pemprov DKI Jakarta siap dan siaga menghadapi ancaman potensi bencana hidrometeorologi jelang pergantian tahun," tutur Isnawa.
Dalam proses TMC, tambah Isnawa, akan melibatkan beberapa pesawat terbang dengan para pilot dari Wings Udara 1 Skadron 2 TNI AU yang bermarkas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Baca juga: Heru larang ASN pelayanan langsung untuk WFH meski cuaca sedang buruk
Adapun jenis pesawat yang dilibatkan, yakni CN 212 yang bisa membawa 800 kilogram (kg) bahan semaian garam dengan penyebaran dilakukan secara manual.
Sedangkan untuk Cassa bisa memuat 2,4 ton dan butuh waktu dua jam mempersiapkan semaian dalam bentuk konsul-konsul. "Dan untuk Hercules, bisa memuat minimal lima ton bahan semaian," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis adanya potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia selama dua-tiga hari ini (28-30 Desember 2022).
Cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan dan tanah longsor.
Baca juga: Pengamat: Pemprov DKI harus restorasi kawasan pesisir untuk atasi rob
Berdasarkan prakiraan berbasis dampak Impact-Based Forecast (IBF), daerah yang ditetapkan berstatus SIAGA pada periode tanggal tersebut, yaitu sebagian Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dampak yang dapat terjadi di antaranya volume aliran sungai berpotensi meningkat drastis sehingga dapat mengakibatkan potensi banjir dan banjir bandang.
Selain itu, besar kemungkinan hujan lebat tersebut mengakibatkan potensi tanah longsor, guguran bebatuan atau erosi tanah, terutama di daerah-daerah dataran tinggi dan lereng-lereng perbukitan dan gunung.
BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai dan wilayah perbukitan untuk lebih waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan. Terutama jika hujan lebat terjadi dalam intensitas yang cukup lama.
Baca juga: DKI bangun tanggul pesisir utara Jakarta secara bertahap
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, koordinasi dalam Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) ini juga merupakan tanggapan serta upaya kewaspadaan dan kesiapsiagaan atas prediksi BMKG yang menyebut adanya potensi cuaca ekstrem di Jakarta pada periode 25 Desember 2022-1 Januari 2023.
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan TNI AU dan BRIN, terdapat dua pola penanganan untuk TMC. Pertama, dengan 'jumping process' atau memprematurkan awan hujan untuk dicegat masuk ke wilayah Jakarta sehingga menjadi luruh dan hujan yang terjadi hanya sekedar gerimis," ujar Isnawa Adji dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Kedua, pola kompetisi, yakni membakar bahan semaian garam dan mengganggu pertumbuhan awan dengan cara menambah inti kondensasi.
Baca juga: SDA DKI siagakan 461 pompa keliling antisipasi dampak cuaca ekstrem
TMC, kata Isnawa, hanya akan efektif dilakukan mulai pagi hari hingga sekitar pukul 17.00 WIB dengan hasil efektif akan terjadi dalam empat sampai 15 jam kemudian.
TMC dapat disiapkan untuk dilaksanakan di Jakarta, apabila sudah ada penetapan status siaga darurat oleh kepala daerah.
Terhadap hal ini, BNPB menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan TMC yang dibantu oleh TNI AU, BRIN dan BMKG.
"Pada prinsipnya, Pemprov DKI Jakarta siap dan siaga menghadapi ancaman potensi bencana hidrometeorologi jelang pergantian tahun," tutur Isnawa.
Dalam proses TMC, tambah Isnawa, akan melibatkan beberapa pesawat terbang dengan para pilot dari Wings Udara 1 Skadron 2 TNI AU yang bermarkas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Baca juga: Heru larang ASN pelayanan langsung untuk WFH meski cuaca sedang buruk
Adapun jenis pesawat yang dilibatkan, yakni CN 212 yang bisa membawa 800 kilogram (kg) bahan semaian garam dengan penyebaran dilakukan secara manual.
Sedangkan untuk Cassa bisa memuat 2,4 ton dan butuh waktu dua jam mempersiapkan semaian dalam bentuk konsul-konsul. "Dan untuk Hercules, bisa memuat minimal lima ton bahan semaian," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis adanya potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia selama dua-tiga hari ini (28-30 Desember 2022).
Cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan dan tanah longsor.
Baca juga: Pengamat: Pemprov DKI harus restorasi kawasan pesisir untuk atasi rob
Berdasarkan prakiraan berbasis dampak Impact-Based Forecast (IBF), daerah yang ditetapkan berstatus SIAGA pada periode tanggal tersebut, yaitu sebagian Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dampak yang dapat terjadi di antaranya volume aliran sungai berpotensi meningkat drastis sehingga dapat mengakibatkan potensi banjir dan banjir bandang.
Selain itu, besar kemungkinan hujan lebat tersebut mengakibatkan potensi tanah longsor, guguran bebatuan atau erosi tanah, terutama di daerah-daerah dataran tinggi dan lereng-lereng perbukitan dan gunung.
BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai dan wilayah perbukitan untuk lebih waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan. Terutama jika hujan lebat terjadi dalam intensitas yang cukup lama.
Baca juga: DKI bangun tanggul pesisir utara Jakarta secara bertahap
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022