• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak turun, pasar khawatir lonjakan COVID dan permintaan China

Harga minyak turun, pasar khawatir lonjakan COVID dan permintaan China

29 Desember 2022 05:25 WIB
Harga minyak turun, pasar khawatir lonjakan COVID dan permintaan China
Ilustrasi - Anjungan minyak lepas pantai di Huntington Beach, California, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/aa.

Tahun depan membawa ketidakpastian yang sangat besar dan banyak potensi risiko kenaikan harga dari China yang dibuka kembali hingga menurunnya produksi Rusia dan pemotongan OPEC+ lebih lanjut

Harga minyak lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) karena para pedagang mempertimbangkan kekhawatiran atas lonjakan kasus COVID-19 di China yang merupakan importir minyak utama dunia, terhadap kemungkinan pelonggaran pembatasan pandemi di negara itu akan meningkatkan permintaan bahan bakar.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari merosot 1,07 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi menetap di 83,26 dolar AS per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari tergelincir 57 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup di 78,96 dolar AS per barel.

China mengatakan akan berhenti mewajibkan pelancong yang masuk untuk karantina mulai 8 Januari, langkah besar menuju pelonggaran pembatasan yang ketat di perbatasannya. Namun rumah sakit China berada di bawah tekanan kuat karena lonjakan infeksi COVID.

Baca juga: Harga minyak turun, pasar khawatir lonjakan COVID & resesi global

Pasar minyak juga diterpa ekspektasi kenaikan suku bunga lainnya di Amerika Serikat, karena Federal Reserve (Fed) AS mencoba membatasi kenaikan harga di tengah pasar tenaga kerja yang ketat.

Pelaku pasar mencatat bahwa volume perdagangan minggu ini diperkirakan akan lebih ringan dari biasanya menjelang akhir tahun, menciptakan lebih banyak volatilitas harga minyak.

"Menurut saya suasana risk-off secara umum telah membebani harga minyak di pasar dengan likuiditas yang tipis," kata Analis UBS, Giovanni Staunovo.

Penurunan Rabu (28/12/2022) juga mengikuti tiga sesi berturut-turut penyelesaian yang lebih tinggi pada kedua harga acuan minyak mentah. Harga berada pada level tertinggi dalam tiga minggu pada Selasa (27/12/2022), karena cuaca dingin di seluruh AS memaksa penutupan di lokasi produksi dan kilang-kilang utama pada akhir pekan.

Baca juga: Harga minyaknya dibatasi Barat, Rusia balas dengan larangan ekspor

"Kami telah melihat rebound yang kuat selama beberapa minggu terakhir dan itu sedikit berkurang hari ini tetapi narasinya tetap tidak berubah," kata Analis Pasar Senior  OANDA, Craig Erlam.

"Tahun depan membawa ketidakpastian yang sangat besar dan banyak potensi risiko kenaikan harga dari China yang dibuka kembali hingga menurunnya produksi Rusia dan pemotongan OPEC+ lebih lanjut," kata Erlam.

Rusia mengatakan akan melarang penjualan minyak mulai 1 Februari ke negara-negara yang mematuhi batas harga G7 yang diberlakukan pada 5 Desember, meskipun rincian tentang bagaimana larangan itu akan berhasil tidak jelas.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun 1,6 juta barel pekan lalu dengan persediaan sulingan juga diperkirakan merosot, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Selasa (27/12/2022).

Baca juga: Harga minyak stabil, produksi AS naik & China longgarkan batasan COVID

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022