• Beranda
  • Berita
  • Riset USK: Perubahan iklim sebabkan petani di Aceh Besar gagal panen

Riset USK: Perubahan iklim sebabkan petani di Aceh Besar gagal panen

30 Desember 2022 18:04 WIB
Riset USK: Perubahan iklim sebabkan petani di Aceh Besar gagal panen
Arsip - Warga melintas di dekat tambak yang kering akibat musim kemarau di kawasan Ladong, Aceh Besar, Aceh, Selasa (9/7/2019). (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh menyatakan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan petani padi di Kabupaten Aceh Besar mengalami gagal panen akibat banjir dan kekeringan dalam lima tahun terakhir.

"Berdasarkan riset Maret-September 2021 telah terjadi gagal panen padi 2017, lalu dilanjutkan pada tahun 2021, artinya sudah terjadi secara konsisten," kata Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim USK Suraiya Kamaruzzaman, di Banda Aceh, Jumat.

Suraiya mengatakan, bahwa gagal panen yang disebabkan banjir dan kekeringan yang melanda Aceh Besar terjadi secara konsisten, permasalahan ini akibat adanya perubahan iklim mulai dari kenaikan rata-rata curah hujan hingga kenaikan rerata suhu di Aceh Besar.

Suraiya menjelaskan, berdasarkan data 31 tahun terakhir (1990-2020) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan rata-rata curah hujan di Aceh Besar mencapai 593 mm/tahun.

Baca juga: Indonesia mantapkan langkah untuk mencapai FoLU Net Sink pada 2022

Baca juga: KLHK libatkan warga dalam upaya atasi perubahan iklim lewat Proklim

Kemudian, dari data yang dihimpun selama melakukan riset, rata-rata curah hujan pada 1990-2010 berkisar 1.000-2.000 mm/tahun, lalu pada tahun 2015-2020 angkanya naik menjadi 2.000-3.000 mm/tahun.

Selain itu, lanjut Suraiya, juga terjadi perubahan tipe iklim di Aceh Besar, berdasarkan klasifikasi oldeman, dari tahun periode pertama 1990-2000 tipe E2 berubah menjadi E3 pada tahun 2001-2010, lalu berubah lagi menjadi D2 pada 2011-2020.

"E2 merupakan daerah yang dianggap kering sehingga dia hanya bisa direkomendasikan tanaman padi setahun sekali tanpa irigasi," ujarnya.

Tidak hanya itu, kata Suraiya, perubahan iklim juga telah menyebabkan meningkatnya rata-rata suhu dari periode pertama tahun 1992-2000 suhu 25,5 °C meningkat pada periode 2001-2020 menjadi 25,6 °C. Kemudian, pada tahun 2020 menjadi 28,4 °C.

"Kalau dihitung dari 1992 ke 2022 terjadi peningkatan suhu 1,9 derajat celcius," katanya.

Suraiya menambahkan selain terjadinya perubahan iklim, juga adanya penurunan lahan pertanian di Aceh Besar yang disebabkan alih fungsi menjadi kompleks perumahan. Secara data 2016 hingga 2020 penurunan luas lahan yakni 6.306 hektare atau sekitar 20 persen.

"Jadi jangan heran dampak perubahan iklim tadi membuat gagal panen, dan luas lahan juga berkurang, ketika nanti terjadi krisis pangan sudah tahu dari mana persoalan yang muncul,” demikian Suraiya.*

Baca juga: Guru Besar UGM: Perubahan iklim tantangan ketahanan pangan

Baca juga: Rektor Unhas ajak OJK dorong perbankan investasi di sektor laut

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022