Pangan lokal seperti telur dan ikan di pesisir di Aceh sangat melimpah untuk memenuhi asupan protein hewani. Pangan lokal lain yang banyak ditemukan setelah penelusuran yakni daun kelor, yang memiliki nilai gizi tinggi
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pangan lokal di Provinsi Aceh sangat melimpah ruah dan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi stunting pada anak.
“Selain sumber bahan pangan tersedia melimpah, provinsi ini juga memiliki aneka jenis bahan tambang, yang bisa digunakan dalam bentuk lain untuk memenuhi kecukupan gizi bagi anak-anak di Aceh,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Dijelaskannya bahwa pangan lokal seperti telur dan ikan di pesisir di Aceh sangat melimpah untuk memenuhi asupan protein hewani. Pangan lokal lain yang banyak ditemukan setelah penelusuran yakni daun kelor, yang memiliki nilai gizi tinggi.
Semua pangan lokal itu, kata dia, dapat dimaksimalkan pengolahannya dengan hadirnya Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), yang digerakkan oleh tim penggerak PKK dan dapat menurunkan angka stunting di Aceh yang masih menyentuh 33,2 persen.
Sementara di Kota Lhokseumawe memiliki angka stunting 27,4 persen. Diketahui penyebab stuntingnya tidak hanya soal asupan gizi, tetapi juga ketersediaan air bersih dan rumah yang tidak layak huni, sehingga membuat anak terkena diare.
Menurut Hasto perlu juga dilakukan pengaturan jarak waktu kehamilan dan pengaturan jumlah anak. Sebab, rentang waktu kehamilan bisa menyebabkan stunting. Demikian juga jumlah anak yang banyak dalam satu keluarga, juga menyebabkan stunting terkait dengan pola pengasuhan.
Selain itu pemberian jarak antar kelahiran dan kehamilan dalam keluarga juga menjadi salah satu penyebab stunting. Oleh karenanya, BKKBN menggratiskan layanan KB di Aceh guna mendorong terciptanya kehamilan yang sehat bagi setiap ibu.
Pj. Walikota Lhokseumawe Imran mengatakan sedang menggencarkan perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi dan mengolah makanan sehat, sehingga makanan tersebut mengandung gizi yang cukup untuk anak-anak.
Hal lain yang kini diupayakan adalah mengubah budaya dan kebiasaan yang justru bisa menyebabkan terjadinya stunting, serta menggandeng tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mempercepat penurunan stunting.
Pemerintah setempat juga menggalakkan konsumsi ikan dan pengolahan sayur pada masyarakat, yang dimotori Tim Penggerak PKK guna memenuhi standar gizi keluarga.
“Kami mengubah pendekatan lewat tokoh agama dan tokoh masyarakat, misalnya soal imunisasi itu halal atau tidak. Padahal imunisasi itu penting karena stunting bisa terjadi karena anak sakit TBC. Melalui tokoh agama dan tokoh masyarakat, ada jaminan imunisasi ini sesuai kaidah agama dan tidak menimbulkan masalah,” demikian Imran.
Baca juga: Kepala BKKBN pantau langsung penurunan stunting 2023 di Aceh
Baca juga: BKKBN perkuat sinergi penanganan stunting di Aceh
Baca juga: Aceh intensifkan kampanye gemar makan ikan untuk pencegahan stunting
Baca juga: Sebanyak 47.186 anak di Lhokseumawe jadi sasaran imunisasi polio
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023