Kepala BNPB Suharyanto mengatakan pihaknya memusatkan perhatian kepada enam provinsi yang rutin mengalami kebakaran hutan dan lahan, yaitu Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
"Tetapi tidak menutup kemungkinan provinsi-provinsi lain pun apabila nanti ada kebakaran hutan dan lahan, kami juga melaksanakan aksi," ujarnya dalam konferensi pers Kesiapsiagaan Menghadapi Karhutla 2023 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Suharyanto menuturkan operasi darat yang dilakukan adalah memadamkan titik api sebelum membesar. Kegiatan itu dilakukan bersama TNI-Polri serta personel Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang sangat besar dan banyak jumlahnya.
Baca juga: BNPB pastikan 496 rumah di tujuh desa di Cianjur direlokasi
Baca juga: BNPB lakukan TMC di Sulsel kurangi potensi bencana hidrometereologi
Adapun operasi udara yang didukung oleh BNPB adalah menggunakan helikopter patroli maupun helikopter water bombing yang menyiram pakai air dengan campuran-campuran kimia, sehingga api yang membakar hutan bisa segera padam.
Selain itu, ada juga teknologi modifikasi cuaca yang bertujuan untuk mendatangkan supaya api yang muncul dengan adanya hujan nanti segera padam.
Penerapan teknologi modifikasi cuaca yang dahulu dikenal sebagai teknologi hujan buatan merupakan bagian dari upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan cara pembasahan gambut. Metode itu efektif saat menangani kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 2020 lalu.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memberikan ampun kepada perusahaan-perusahaan swasta yang menciptakan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Ketika ada titik api, pemerintah langsung memberikan peringatan kepada perusahaan tersebut.
"Cara-cara law enforcement seperti itu ternyata yang paling baik. Jadi, kalau terdeteksi kebakaran di lahan swasta pasti kena," kata Menteri Siti.
Sebelumnya, BMKG menyatakan bencana kebakaran hutan diprediksi meningkat tahun ini yang berpotensi sama seperti kejadian pada tahun 2019 lalu.
Fenomena La Nina yang semakin melemah dan masuk netral menyebabkan curah hujan menurun, sehingga berpotensi menciptakan titik api di kawasan hutan dan lahan. Bahkan kondisi netral itu sangat dekat hampir berhimpit dengan kondisi El Nino lemah.
BMKG memprediksi bahwa curah hujan pada tahun ini mengalami penurunan bila dibandingkan curah hujan tahun lalu maupun tiga tahun lalu, meskipun saat ini masih puncak musim hujan.*
Baca juga: BNPB sudah bersihkan 2.500 rumah ambruk akibat gempa
Baca juga: BNPB imbau Pemda dan warga Aceh untuk tetap waspada hujan sedang-lebat
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023