• Beranda
  • Berita
  • Menkes akui kenaikan kasus campak dampak fokus penanganan COVID-19

Menkes akui kenaikan kasus campak dampak fokus penanganan COVID-19

26 Januari 2023 13:36 WIB
Menkes akui kenaikan kasus campak dampak fokus penanganan COVID-19
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin selepas menghadiri pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) di Gedung AA Maramis, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/1/2023). (ANTARA/Gilang Galiartha)
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa kenaikan kasus campak hingga menimbulkan kategori kejadian luar biasa (KLB) di sejumlah provinsi sebagai dampak fokus tenaga kesehatan yang terkuras untuk penanganan pandemi COVID-19.

Menurut Menkes, pada 2022 lalu terlapor lebih dari 3.200 kasus campak di seluruh Indonesia, yang mengalami lonjakan tinggi dibandingkan kisaran 100-200 kasus per tahun.

"Kalau ditanya kenapa, sama seperti polio. Karena kita sibuk semua vaksinasi COVID-19, vaksinasi yang lain ketinggalan," kata Budi setelah menghadiri pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) di Jakarta, Kamis.

Menkes menjelaskan bahwa petugas vaksinasi di Indonesia masih terbatas, demikian juga dengan titik-titik imunisasi anak dan vaksinasi umum bagi masyarakat seperti puskesmas. Kedua aspek itu selama dua tahun terakhir memang fokusnya terserap untuk kegiatan vaksinasi COVID-19.

Baca juga: Dinkes DKI sisir imunisasi campak di kawasan padat penduduk

Baca juga: Dinkes Jatim: Madura jadi daerah dengan kasus campak tertinggi


Kendati demikian, Menkes menyampaikan bahwa pihaknya sudah mulai mengejar pemulihan keberlangsungan vaksinasi umum seperti polio dan campak sejak Juli 2022 melalui Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) serta Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

"Juli-Agustus ada program BIAN sama BIAS. Jadi campak memang naiknya tinggi, tapi bulan September-Oktober sudah mulai turun," ujarnya.

Menkes berharap dengan pemulihan program vaksinasi umum tersebut dapat membuat laju kasus campak bisa segera terkendali kembali.

"Kalau kemarin ada 14 provinsi yang masuk kategori KLB, artinya masing-masing provinsi dalam waktu dekat ada dua yang positif. Nah sekarang udah turun ke empat kabupaten/kota. Harusnya mudah-mudahan bisa terkendali," kata Budi.

Menkes menuturkan Papua dan Sulawesi menjadi daerah krusial yang mengalami laju kenaikan kasus campak, sehingga ia mendorong untuk segera digalakkan kembali program vaksinasi umum.

"Sekarang kalau yang saya lihat itu masih ada di daerah Papua sama Sulawesi. Jadi itu vaksinasi sudah ada MR, itu yang harus didorong," katanya.

Di sisi lain, Menkes meminta masyarakat tidak dilanda kepanikan atas lonjakan kasus campak dan mengingatkan agar lekas memenuhi vaksinasi umum bagi anak.

"Campak rubella itu tidak seperti COVID-19, tidak mematikan. Dia merah-merah. Yang penting adalah vaksinasi yang diberikan. Obat sudah ada, vaksinasi sudah ada. Jadi yang penting vaksinasi aja buat anak-anak," kata Menkes.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerima laporan KLB penyakit campak dari 31 provinsi di Indonesia hingga Desember 2022.

Berdasarkan laporan itu, tercatat ada 3.341 kasus campak yang tersebar di 223 kabupaten/kota pada 2022.*

Baca juga: Dinkes sebut potensi temuan kasus campak di Bali kecil

Baca juga: Dinkes Tasikmalaya dalami kasus diduga campak menjangkit anak-anak

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023