Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, menyebutkan faktor wilayah perbatasan dan rendahnya capaian imunisasi campak rubella dapat memicu adanya penularan penyakit campak di daerah itu.Kota Bogor telah mengirimkan 87 sampel kasus suspek campak ke Laboratorium Bio Farma Bandung
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Kota Bogor, Sabtu, mengatakan sebaran penyakit campak rubella pada tahun 2022 terdapat di empat dari 68 kelurahan di daerahnya.
Ada lebih dari satu pasien campak namun tidak berturut-turut dan angka imunisasi wilayah-wilayah tersebut telah mencapai angka di atas 80 persen.
"Faktor pendukung penyebaran penyakit campak tidak hanya satu, rendahnya cakupan imunisasi, transmisi di daerah perbatasan antarkelurahan, dan rendahnya capaian imunisasi tahun sebelumnya bisa menjadi penyebab," kata Retno.
Retno menyampaikan merujuk pada data kasus sebaran penyakit menular itu di Kota Bogor, empat kelurahan dengan lebih dari satu kasus positif campak yaitu Kelurahan Gunung Batu terjadi empat kasus, Kelurahan Loji sebanyak tiga kasus, Kelurahan Pasir Jaya ada tiga kasus dan Kelurahan Mulyaharja sebanyak tiga kasus.
Namun demikian, target cakupan imunisasi campak 9-11 bulan tahun 2022 adalah 95 persen dan Kota Bogor sudah melebihi target yaitu 96,5 persen.
Baca juga: Dinkes Kota Bogor minta fasyankes waspadai penularan penyakit campak
Baca juga: Dinkes pastikan kasus campak di Kota Sukabumi bisa dikendalikan
Akan tetapi jika capaian imunisasi dirunut berdasarkan kelurahan dan dikaitkan dengan data kasus positif campak terbesar dari empat kelurahan tersebut, maka angka cakupan imunisasi campak adalah Kelurahan Gunung Batu 88,6 persen, Kelurahan Loji 101,6 persen, Kelurahan Pasir Jaya 95,6 persen dan Kelurahan Mulyaharja 91,1 persen.
Dari data di atas, kata Retno, rendahnya cakupan imunisasi merupakan faktor pendukung ada kasus positif di suatu wilayah.
Selain itu faktor transmisi dari daerah perbatasan dengan kelurahan atau kabupaten atau kota yang terdampak dan cakupan imunisasi yang rendah di tahun-tahun sebelumnya menjadi faktor pendukung walaupun capaian imunisasi tersebut sudah mencapai target. Perlu penyelidikan epidemiologi lebih lanjut untuk penentuan faktor penyebabnya.
Penyakit campak yang dikenal juga sebagai morbili atau measles merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) disebabkan oleh morbilivirus.
Tanda khas yang dapat dikenali sebagai campak adalah panas badan biasanya >38°C dan bercak merah (ruam) yang dimulai dari belakang telinga selama 3 hari atau lebih, beberapa hari kemudian (4-7 hari) menyebar ke seluruh tubuh. Di beberapa kasus disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau berair.
Virus campak ditularkan melalui droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi hidung. Masa inkubasi penyakit campak adalah 7-18 hari, rata-rata 10 hari.
Tanda bahaya campak yang perlu diwaspadai adalah dehidrasi, napas cepat, cekungan dinding dada, tidak bisa makan dan minum, sulit dibangunkan, buang air kecil (BAK) kurang, keluar cairan dari telinga, dan ada nanah/cairan kuning hijau di mata.
Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa pengobatan. Komplikasi sering terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun dan penderita dewasa di atas 20 tahun. Kasus campak pada kasus malnutrisi dan defisiensi vitamin A serta immune deficiency (HIV) dapat menyebabkan komplikasi campak yang lebih berat.
"Seiring dengan semakin baiknya sistem surveilans di Kota Bogor, maka situasi di
tahun 2023 sampai dengan 25 Januari 2023, Kota Bogor telah mengirimkan
87 sampel kasus suspek campak ke Laboratorium Bio Farma Bandung dengan
keterangan masih menunggu hasil," kata dia.
Baca juga: Dokter: KLB Campak karena penurunan imunisasi dasar lengkap bayi
Baca juga: Menkes akui kenaikan kasus campak dampak fokus penanganan COVID-19
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023