Aplikasi yang diberi nama Accessive.id itu dirancang oleh Muhammad Faqih Husaen, mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM angkatan 2019 bersama dua rekannya, Bima Indra Permana (Magister Manajemen UGM) dan Gaksa Gantara (alumnus SV UGM).
"Kami mengembangkan aplikasi ini untuk memfasilitasi mobilitas disabilitas sehingga bisa merencanakan tempat yang dikunjungi dengan lebih mudah," ujar Muhammad Faqih Husaen di Yogyakarta, Senin.
Selain memfasilitasi disabilitas, katanya, aplikasi itu membantu masyarakat yang lemah fisik, seperti ibu hamil, lansia, maupun orang sakit.
Pengembangan aplikasi itu, berawal dari kondisi dirinya beserta almarhum kakaknya yang penyandang disabilitas daksa.
Faqih dan sang kakak memiliki keterbatasan gerak karena menderita Duchenne Muscular Dystrophy" (DMD) yang menyebabkan penderitanya mengalami penurunan fungsi otot sehingga mengalami kelumpuhan kaki.
Kondisi tersebut menginspirasi Faqih untuk membuat aplikasi yang dapat membantu para penyandang disabilitas, termasuk dirinya dalam mengakses informasi layanan ramah disabilitas.
"Latar belakang pengembangan aplikasi ini dari kondisi pribadi sebagai penyandang disabilitas daksa sering menemui tempat yang tidak aksesibel serta tidak ada fasilitas bagi penyandang disabilitas. Tidak adanya fasilitas dan akses bagi disabilitas ini jadi membatasi saat beraktivitas," ujar dia.
Baca juga: Inovasi mahasiswa, FKIP Untan luncurkan aplikasi "SimLab"-"E-library"
Aplikasi yang ia kembangkan sejak 2020 itu masih berada dalam tahapan beta testing, namun masyarakat sudah bisa mengakses aplikasi tersebut melalui Playstore secara gratis.
Accessive.id memiliki empat fitur utama yakni pencarian tempat, detail aksesibilitas tempat, ulasan, serta open collaborative platform.
Melalui fitur pencarian tempat, pengguna dapat menelusuri tempat melalui maps maupun list. Lalu lewat fitur detail aksesibilitas, pengguna bisa melihat informasi yang tersedia di suatu tempat seperti fasilitas ram, deskripsi audio, dan fasilitas lainnya untuk semua disabilitas, lansia, serta kelemahan fisik lainnya.
Ia mengatakan fitur ulasan menyediakan tempat pengguna bercerita dan membagikan pengalaman tempat-tempat yang telah dikunjungi.
Fitur open collaborative platform pada aplikasi itu memberikan kesempatan pengguna membantu menambahkan berbagai informasi layanan disabilitas yang dimiliki suatu tempat.
"Data yang berhasil dikumpulkan ada 80 informasi tempat yang ada di DIY seperti kampus, tempat makan, hotel, stasiun, tempat ibadah dan lainnya. Kami pun akan terus menambah informasi tempat lainnya," kata Bima Indra Permana.
Selain membantu penyandang disabilitas mendapatkan informasi terkait dengan fasilitas bagi penyandang disabilitas, ujarnya, pengembangan aplikasi juga diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat bisa lebih peka terhadap kebutuhan penyandang disabilitas, salah satunya menyediakan fasilitas ramah disabilitas.
Aplikasi tersebut berhasil mewakili Indonesia untuk berkompetisi di ajang "International Intellectual Property" atau IPITEX di Bangkok, Thailand pada 1-7 Februari 2023.
Bangkok International IPITEX kegiatan pameran invensi sekaligus kompetisi yang mempertemukan para inventor dan peneliti dari berbagai negara dunia untuk memamerkan ide maupun produk baru kepada produsen, investor, dan masyarakat luas.
Baca juga: Inovasi robot kapal bawah air nirawak mahasiswa UI "runner up" KKCTBN
Baca juga: Mahasiswi Pertamina ciptakan inovasi dongkrak produksi migas sumur tua
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023